WikiLeaks: Saudi Ingin Gulingkan Rezim Suriah Dengan Segala Cara Tapi Takut Rusia

Bocoran WikiLeaks soal Saudi:
Ingin Gulingkan Rezim Suriah Dengan Segala Cara Tapi Saudi Takut Dengan Rusia

Untuk kesekian kali, pemerintah Amerika Serikat kembali menuding rezim pemerintahan di Suriah, disinyalir menggunakan senjata kimia untuk memerangi warga sipilnya yang memberontak.

Maka, presiden AS Donald Trump akhirmya memutuskan untuk menyerang beberapa lokasi strategis milik Suriah bersama Prancis dan Inggris. Banyak negara di dunia mengecam tindakan Suriah dan juga AS yang memicu peperangan di Suriah kembali menjadi masif.

Sementara Rusia menyatakan akan membantu pemerintahan Suriah yang syah dan asli, bukan pemberontak, dengan misil-misil pertahanan udaranya yang dipasang di Suriah.

Kemudian hanya beberapa jam setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke Suriah (dikenal dunia dengan sebutan Syiria) sebagai respons atas dugaan penggunaan senjata kimia pada Jumat 13 April lalu, WikiLeaks kembali mempublikasikan bocoran kawat diplomatik Arab Saudi tentang konflik Suriah.

Tujuan jangka panjang Saudi di Suriah

Mohammed bin Salman (2018)

Tujuan jangka panjang Saudi di Suriah adalah pergantian rezim dengan “segala cara yang ada”.

Menurut bocoran dari dokumen internal pemerintah Saudi itu, tujuan pergantian rezim Suriah harus dicapai, meski Amerika Serikat tampaknya ‘kurang berminat’ karena ada potensi konflik dengan Rusia.

Sudah bukan rahasia lagi, Arab Saudi bersama sekutunya Amerika Serikat, termasuk NATO, Israel dan negara-negara di Teluk dan juga negara Barat lainnya  punya peran langsung dalam konflik Suriah.

Dan sudah tidak diragukan lagi, campur tangan Rusia dalam mendukung rezim Basyar al-Assad membuat perubahan drastis hitung-hitungan Saudi dalam upaya pergantian rezim di Suriah sejak 2011 silam.

Saudi takut dengan Rusia dan serangan balasan dari Suriah

Kawat diplomatik Saudi yang pernah dirilis pada musim semi 2015 silam, kini untuk pertama kali sudah diterjemahkan sepenuhnya. Dalam kawat itu terlihat apa yang paling ditakutkan Saudi dalam tahun-tahun awal konflik Suriah, yaitu: campur tangan Rusia dan pembalasan Suriah, dan takutnya Saudi terhadap persenjataan Rusia, yang dalam istilah “Russian Hardware, a Saudi Nightmare” (Persenjataan Rusia adalah mimpi buruk Saudi).

Ketakutan ini membuat Kerajaan Saudi kala itu memerintahkan media-media mereka untuk “tidak menentang orang Rusia dan menghindari mencela orang Rusia”.

Presiden Suriah Basyar al-Assad

Sekutu AS seperti Saudi dan Israel sudah lama bekerja sama untuk menciptakan kondisi yang bisa membuat AS mengerahkan kemampuan militer untuk menjatuhkan Basyar al-Assad.

Terlebih lagi dalam lawatannya ke AS beberapa waktu lalu, Putra Mahkota Saudi Pangeran Muhammad bin Salman mengatakan tidak ingin AS menarik mundur pasukan dari Suriah seperti yang hendak dilakukan Presiden Trump.

Saudi salah perhitungan

Dilansir dari laman Foreign Policy Journal, Saudi belakangan salah perhitungan dengan posisi Rusia yang mendukung pemerintahan Assad.

Dalam pikiran Saudi, seperti tertuang dalam kawat diplomatik yang bocor itu, pergantian rezim Assad masih bisa dicapai selama Rusia tetap tidak terlibat jauh dalam konflik yang sudah berlangsung lebih dari tujuh tahun ini.

Namun apa yang terjadi sejauh ini diluar perhitungan Saudi, bahwa “posisi Rusia” untuk melestarikan pemerintah Assad “tidak akan bertahan berlaku”, ternyata meleset.

Dalam pemikiran Saudi, tercermin dalam memo yang bocor, penggusuran paksa Assad (“dengan segala cara tersedia”) bisa dilakukan selama Rusia masih tetap berada “di pinggir”.

“Berkaitan dengan krisis di Suriah, Kerajaan (Saudi) berkukuh dengan posisinya dan tidak ada alasan lagi untuk mundur.

Yang harus ditekankan jika rezim Suriah berhasil melewati krisis Suriah maka langkah yang harus dilakukan adalah membalas negara-negara yang mendukung Suriah.

Jika kekejaman dan kebrutalan rezim ini terus berlangsung tanpa ada tanda-tanda mereda, maka situasinya akan menjadi sangat berbahaya bagi Kerajaan dan dengan begitu penggulingan rezim berkuasa di Suriah saat ini harus dilakukan dengan segala cara.”

Demikian cuplikan bocoran kawat Saudi yang dibocorkan oleh Wikileaks, dan kemudian dirilis ke publik.

Bocoran kawat Saudi yang dibocorkan oleh Wikileaks.

Terjemahan Lengkap

Untuk pertama kalinya, inilah terjemahan lengkap dari teks tersebut. Terjemahan asli di bawah ini adalah milik rekan penulis saya, seorang sarjana terpelajar dari Sejarah Arab dan Timur Tengah, yang ingin tetap tidak disebutkan namanya. Catatan: kabel yang diterbitkan di SaudiLeaks tampaknya belum lengkap.

  • Diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris:

[…] shared interest, and believes that the current Russian position only represents a movement to put pressure on him, its goals being evident, and that this position will not persist in force, given Russia’s ties to interests with Western countries and the countries of the Gulf.

If it pleases Your Highness, I support the idea of entering into a profound dialogue with Russia regarding its position towards Syria*, holding the Second Strategic Conference in Moscow, working to focus the discussion during it on the issue of Syria, and exerting whatever pressure is possible to dissuade it from its current position.

I likewise see an opportunity to invite the head of the Committee for International Relations in the Duma to visit the Kingdom. Since it is better to remain in communication with Russia and to direct the media not to oppose Russian figures and to avoid insulting them, so that no harm may come to the interests of the Kingdom, it is possible that the new Russian president will change Russian policy toward Arab countries for the better.

However, our position currently in practice, which is to criticize Russian policy toward Syria and its positions that are contrary to our declared principles, remains. It is also advantageous to increase pressure on the Russians by encouraging the Organization of Islamic States to exert some form of pressure by strongly brandishing Islamic public opinion, since Russia fears the Islamic dimension more than the Arab dimension.

In what pertains to the Syrian crisis, the Kingdom is resolute in its position and there is no longer any room to back down. The fact must be stressed that in the case where the Syrian regime is able to pass through its current crisis in any shape or form, the primary goal that it will pursue is taking revenge on the countries that stood against it, with the Kingdom and some of the countries of the Gulf coming at the top of the list.

If we take into account the extent of this regime’s brutality and viciousness and its lack of hesitancy to resort to any means to realize its aims, then the situation will reach a high degree of danger for the Kingdom, which must seek by all means available and all possible ways to overthrow the current regime in Syria.

As regards the international position, it is clear that there is a lack of “desire” and not a lack of “capability” on the part of Western countries, chief among them the United States, to take firm steps […]

  • Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia (dengan google translator):

[…] Berbagi minat, dan percaya bahwa posisi Rusia saat ini hanya mewakili sebuah gerakan untuk menekannya, tujuan-tujuannya menjadi nyata, dan bahwa posisi ini tidak akan terus berlaku, mengingat hubungan Rusia dengan kepentingan dengan negara-negara Barat dan negara-negara Teluk.

Jika itu menyenangkan Yang Mulia, saya mendukung gagasan untuk memasuki dialog mendalam dengan Rusia mengenai posisinya terhadap Suriah*, mengadakan Konferensi Strategis Kedua di Moskow, bekerja untuk memfokuskan diskusi selama masalah Suriah, dan mengerahkan tekanan apa pun. Adalah mungkin untuk mencegahnya dari posisi saat ini.

Saya juga melihat kesempatan untuk mengundang ketua Komite Hubungan Internasional di Duma untuk mengunjungi Kerajaan. Karena lebih baik untuk tetap berkomunikasi dengan Rusia dan mengarahkan media untuk tidak menentang tokoh-tokoh Rusia dan untuk menghindari menghina mereka, sehingga tidak ada bahaya yang mungkin datang untuk kepentingan Kerajaan, ada kemungkinan bahwa presiden Rusia yang baru akan mengubah Rusia kebijakan terhadap negara-negara Arab menjadi lebih baik.

Namun, posisi kami saat ini dalam praktik, yang mengkritik kebijakan Rusia terhadap Suriah dan posisinya yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang kami nyatakan, tetap ada. Hal ini juga menguntungkan untuk meningkatkan tekanan pada Rusia dengan mendorong Organisasi Negara-negara Islam untuk menggunakan beberapa bentuk tekanan dengan mengomentari opini publik Islam, karena Rusia takut dimensi Islam lebih dari dimensi Arab.

Dalam apa yang berkaitan dengan krisis Suriah, Kerajaan tegas dalam posisinya dan tidak ada lagi ruang untuk mundur. Kenyataannya harus ditekankan bahwa dalam kasus di mana rezim Suriah mampu melewati krisis saat ini dalam bentuk atau bentuk apapun, tujuan utama yang akan mengejar adalah membalas dendam pada negara-negara yang melawannya, dengan Kerajaan dan beberapa dari negara-negara Teluk datang di bagian atas daftar.

Jika kita mempertimbangkan tingkat kebrutalan dan kekejian rezim ini dan kurangnya keragu-raguan untuk menggunakan cara apa pun untuk merealisasikan tujuannya, maka situasinya akan mencapai tingkat bahaya yang tinggi bagi Kerajaan, yang harus mencari dengan segala cara yang tersedia dan semua cara yang mungkin untuk menggulingkan rezim saat ini di Suriah.

Mengenai posisi internasional, jelas bahwa ada kurangnya “keinginan” dan bukan kurangnya “kemampuan” di pihak negara-negara Barat, kepala di antara mereka Amerika Serikat, untuk mengambil langkah tegas […]

  • Dari surat asli yang dibocorkan Wikileaks, dalam Bahasa Arab:

Bocoran kawat diplomatik Saudi (WikiLeaks).

Lewat telepon, Putin ingatkan PM Israel Netanyahu jangan cari gara-gara di Suriah

Presiden Rusia Vladimir Putin meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghindari langkah apapun yang bisa meningkatkan ketidakstabilan di Suriah. Hal tersebut disampaikan Putin kepada Netanyahu melalui sambungan telepon Rabu (11/04/2018).

Permintaan orang nomor satu di Rusia itu mencuat di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran menyusul serangan Israel ke pangkalan udara Suriah beberapa hari lalu.

Percakapan via telepon Putin dan Netanyahu dikonfirmasi oleh Kremlin. Sputniknews.com menulis laporannya sebagai berikut.

“Atas prakarsa dari Israel, percakapan via telepon terjadi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Isu Suriah dibahas, termasuk serangan rudal terbaru ke lapangan udara T-4 di Homs yang dilakukan oleh Angkatan Udara Israel,” demikian pernyataan resmi yang dirilis Kremlin seperti dikutip dari Sputniknews.com, Kamis (12/4/2018).

Lebih lanjut, pernyataan yang sama berbunyi:

“Vladimir Putin menekankan pentingnya menghormati kedaulatan Suriah dan menyerukan untuk menahan diri dari setiap tindakan yang dapat semakin mengacaukan situasi di negara itu serta menimbulkan ancaman bagi keamanannya.”

Melalui telepon, presiden Rusia Vladimir Putin meminta PM Israel Benjamin Netanyahu untuk menghindari langkah apapun yang bisa meningkatkan ketidakstabilan di Suriah.

Israel juga mengonfirmasi pembicaraan via telepon itu. Dilansir laman Haaretz, Rabu (11/4/2018), dalam percakapan tersebut, Netanyahu menegaskan kepada Putin bahwa Israel tidak akan mengizinkan Iran membangun kekuatan militernya di Suriah.

Tel Aviv dikabarkan sangat mewaspadai serangan balasan Iran setelah Negeri Para Mullah itu mengumumkan ancaman langsungnya terhadap Israel pada Selasa lalu.

Dalam pidato peringatan Holocaust baru-baru ini, Netanyahu menegaskan bahwa Iran masih berniat menghancurkan Israel. PM Israel itu pun mengeluarkan peringatan.

“Saya punya pesan untuk para pemimpin Iran: Jangan menguji tekad Israel,” ujar Netanyahu. Selain itu, dalam kesempatan yang sama, Netanyahu juga mengecam dugaan serangan senjata kimia di Suriah.

Presiden AS Donald Trump akhirnya perintahkan militer untuk gempur Suriah

Presiden Trump sebelumnya mengumumkan untuk menyerang Suriah. Sebagai respons atas dugaan serangan kimia yang sedikitnya menewaskan 60 orang, seperti dikutip dari Reuters, pada Minggu 14 April lalu. Operasi gabungan itu dilakukan bersama dengan angkatan bersenjata sekutunya, yaitu Perancis dan Inggris, “Kita berterima kasih kepada mereka,” kata Trump.

Trump menuduh Assad meluncurkan serangan senjata kimia yang menargetkan orang-orang yang tidak bersalah. Amerika Serikat menanggapi dengan meluncurkan 58 serangan rudal yang menghancurkan 20 persen angkatan udara Suriah.

Dalam pidatonya, Trump menyebut Assad sebagai orang yang mengerikan, yang menyerang warga sipil menggunakan senjata kimia di Kota Douma, dekat Ibu Kota Suriah, Damaskus.

Donald Trump’s New World Order

Kantor berita the Associated Press (AP) melaporkan terdengar dentuman keras dan terlihat lintasan asap di langit Damaskus ketika rudal pertahanan Suriah meluncur buat melumpuhkan rudal AS. Langit Damaskus berwarna oranye ketika rudal-rudal itu diluncurkan diiringi suara azan subuh berkumandang.

Lain dengan Italia, Belanda, Kanada dan juga Jerman, mereka tak mau ikut bergabung dalam penyerangan ke Suriah. Mereka semua lebih mengutamakan dilakukannya penyelidikan oleh sebuah tim khusus yang dibentuk untuk mengetahui benar-tidaknya Suriah menggunakan senjata kimia.

Selain itu, Jerman sebagai rekan dekat Prancis, yang telah menyatakan sikap berbeda, tidak akan melakukan serangan balasan seperti yang akan dilakukan Prancis dan AS.

Dalam sebuah panggilan telepon, Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada Macron bahwa dia tidak bisa membenarkan serangan senjata kimia yang diduga dilakukan rezim Assad, tetapi pihaknya tidak akan bergabung dengan Prancis dan AS untuk melakukan serangan militer apapun.

Rudal Suriah cegat rudal AS di langit Damaskus. (AP/Hassan Ammar)

Reaksi warga Suriah atas serangan udara AS ke negerinya

Sehari setelah serangan AS, Inggris dan Prancis, ratusan rakyat Suriah turun ke jalan bersama tentara pemerintah sambil bernyanyi dan menari menyerukan apa yang mereka sebut “kegagalan Barat memecah belah persatuan“.

Beberapa jam sebelumnya serangan udara AS menghantam tiga lokasi di Suriah sebagai respons atas dugaan serangan senjata kimia di Kota Douma. Demonstrasi mendukung Presiden Basyar al-Assad itu disiarkan langsung di stasiun televisi pemerintah.

Tentara dan rakyat Suriah pawai kemenangan di kota Damaskus setelah serangan AS berakhir.

Dalam siaran televisi nasional juga dilaporkan militer Suriah berhasil melumpuhkan sejumlah rudal yang diluncurkan AS, Inggris, dan Prancis.

Media pemerintah juga meminta rakyat Suriah tidak mempercayai sejumlah laporan yang melebih-lebihkan serangan udara AS itu.

Unjuk rasa itu diwarnai dengan keriuhan suara klakson kendaraan seiring kerumunan massa menuju Universitas Damaskus.

Di lokasi itu tentara pro pemerintah juga menari dan mengacungkan senapan otomatis. Unjuk rasa ini sejalan dengan sejumlah kabar yang menyebut militer Suriah kini sudah mengumumkan Kota Douma di kawasan Ghouta Timur sudah bebas dari pemberontak.

Peristiwa ini menjadi catatan kemenangan besar Assad sejak pasukannya menguasai kembali Kota Aleppo pada 2016. Anda dapat melihat galeri-galeri foto di Facebook ketika warga Suriah turun ke jalan untuk merayakan kuatnya pertahanan tentara Suriah pasca Amerika Serikat menggempur kota Damaskus disini: Galeri-1, Galeri-2, Galeri-3, dan video.

Tentara dan rakyat Suriah pawai kemenangan di kota Damaskus setelah serangan AS berakhir.

Dubes Rusia untuk Indonesia tegaskan tak ada serangan gas kimia di Suriah

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva menegaskan, kabar yang beredar mengenai serangan gas kimia di Douma adalah berita bohong belaka.

“Rumah sakit di Douma hanya ada satu dan kami telah mengunjungi rumah sakit tersebut untuk memeriksa jika ada korban. Hasilnya nihil,” ujarnya kepada awak media saat ditemui di kediaman resminya di Jakarta, Jumat (13/4/2018).

Lyudmila sangat menyayangkan massifnya pemberitaan palsu mengenai serangan kimia di Suriah. Mengingat Rusia membantu pemerintahan sah Bashar Al Assad untuk meredam pemberontakan di sana.

Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva.

“Bagaimana mungkin kami yang ikut membantu menjaga kesetabilan keamanan di sana justru mecoba membiarkan ada serangan itu gas kimia itu terjadi,” kata dia.

Baginya, agresi militer bukanlah solusi terbaik untuk Suriah saat ini. Dialog dan pertemuan antar delegasi adalah yang terbaik untuk mengatasi masalah kemanusian di Suriah.

“Rusia selalu membuka dialog dengan siapa saja, dan kami tidak tertutup untuk segala saran yang terbaik untuk menciptakan kembali keamanan bagi warga Suriah, ” kata Lyudmila.

Dia juga menegaskan bahwa tak ada tanda-tanda serangan gas terjadi di Douma. “Sejauh ini pihak kami tidak menemukan bukti adanya serangan tersebut.”

Fakta di balik video rekayasa serangan senjata kimia terhadap anak-anak di Suriah

Sebuah video memperlihatkan anak-anak Suriah sedang dilatih untuk berakting saat terjadi serangan senjata kimia beredar di Internet. Portal Russia Today (RT) menyelidiki asal-usul video itu dan menemukan anak-anak di dalam video itu tidak dipaksa melakukan hal itu dan sudah disiapkan sebelumnya untuk pembuatan video propaganda di masa depan, seperti yang disangka pengguna Twitter.

Video yang memperlihatkan anak-anak Suriah sedang dilatih untuk berakting saat terjadi serangan senjata kimia beredar di Internet.

Video itu berumur lebih dari empat tahun dan akting yang mereka lakukan dalam video adalah bagian dari sebuah drama permainan yang digagas oleh sebuah kelompok organisasi bernama Nesma di Ghouta Timur.

“Sebuah video memperlihatkan teroris dukungan AS/Inggris sedang melatih anak-anak bagaimana berakting ketika terjadi serangan senjata kimia,” ujar seorang pengguna Twitter dengan nama akun @The_Cyrenian.

“Sekolah Teror. Teroris FSA (oposisi pemberontak Suriah) dan Al Nusra bekerja sama dengan White Helmets mengajarkan anak-anak bagaimana merekayasa serangan senjata kimia. Ketika alarm berbunyi mereka langsung mulai. Saya harus katakan, anak-anak ini aktor yang hebat,” kata pengguna lain.

 Video asli dari tayangan itu pertama kali diunggah ke YouTube pada 19 September 2013. Organisasi Nesma mempromosikan video itu di Facebook pada 18 dan 19 September 2013. Video itu diunggah dengan akun yang jika diterjemahkan berarti “Media Pinggiran Damaskus”.

Berikut video rekayasa drama permainan anak-anak itu, lihat video: Anak-anak bermain “Kimiawan dan Dunia” dalam karnaval untuk anak-anak yang disponsori oleh kelompok Nesma sukarelawan Media Damaskus di pedesaan. So, Israel kills unarmed civilians daily, why no calls to bomb Tel Aviv? (IndoCropCircles.com / merdeka, dan beberapa sumber lainnya)

Pustaka:


Protest at the White House initiated (by the ANSWER Coalition)

Washington, America – US is on the march toward yet another war of aggression in the Middle East, this time targeting Syria. The ANSWER Coalition is taking to the streets in opposition and calling on organizations and individuals to stand with us against what would be a destructive and criminal war by the U.S. government. (answercoalition.org)


VIDEO:

Syria strikes: 12 hours in two minutes

Syria’s surface-to-air missiles counter US-led strikes 

Syria, Morning After “Horrible American Strikes” – Syrians Are Partying On Damascus Streets

Germany, Italy, Netherlands & Canada vow not to strike Syria, call for thorough investigation

Anak-anak bermain “Kimiawan dan Dunia” dalam karnaval untuk anak-anak yang disponsori oleh kelompok Nesma sukarelawan Media Damaskus di pedesaan


(Via Facebook) MUST SEE!!! The Mainstream Media Lies about The War in Syria:


Artikel Lainnya:

Gila! Puluhan Anak Di Suriah Tewas Oleh Vaksin Yang Berasal Dari PBB

[‘Amaliyah ‘Ashifah al Hazm] Ketika Israel Bersorak Saksikan Koalisi Serang Yaman

Setelah Mesir, Libya, Kini Suriah, Target AS Selanjutnya Adalah: Papua

AS Ancam Embargo Indonesia Jika Beli Pesawat Tempur SU-35 Rusia

Ketika Satu Kompi Pasukan Hizbullah Bisa Tembus Garis Belakang Pertahanan Israel

Menyusup ke ISIS, Jurnalis Muslim Ini Tidak Menemukan Islam

Surat 120 Ulama Muslim : “ISIS, Anda Tidak Mengerti Islam!”

Edward Snowden & Seymour Hersh: “Osama Bin Laden Masih Hidup!”

Sejarah Bisu: USS Liberty, Kapal Perang AS Yang Dibombardir Israel, 34 Tewas Ratusan Luka

Makam Kolam Mamilla: Saksi Bisu Pembantaian Ribuan Kristen Oleh Yahudi

Skenario Separatisme: Indonesia vs. Misi Besar The Bilderberg Group

Mossad di Indonesia: Ketika Orde Baru Mulai “Main Mata” Dengan Israel

PPATK: Australia Terbanyak Pasok Dana Teroris Indonesia

Perang Asimetris Untuk Hancurkan Nasionalisme dan Ideologi


WikiLeaks: Saudi Ingin Gulingkan Rezim Suriah Dengan Segala Cara Tapi Takut Rusia

((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))

Pos ini dipublikasikan di Konspirasi Perang dan tag , , , , , , , . Tandai permalink.

4 Balasan ke WikiLeaks: Saudi Ingin Gulingkan Rezim Suriah Dengan Segala Cara Tapi Takut Rusia

  1. dinomichael70 berkata:

    Indocrop sepertinya tdk pernah menulis ttng perang siber Rusia dlm pemilu AS yg berhasil “memilih” Trump.Enggak fair banget,selalu jelek2in pihak barat dgn teori konspirasi,sementara bahaya utama Rusia,dan juga China,tidak pernah (mau) dibahas.Snowden,walaupun bkn agen KGB, sudah lama diawasi dinas intelijen Rusia dan berhasil dipancing untuk ke Rusia,begitu jg dgn Julian Assenge.

  2. Yuda Prihandana berkata:

    Min bahas armageddon / WW III disekitar sungai Eufrat dong ….

  3. Kasamago berkata:

    tak ada yg mampu menaklukan negara yg didukung seluruh rakyatnya..

    http://kasamago.com/suriah-pasti-menang/

Tinggalkan Balasan ke dinomichael70 Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.