Ditemukan Bukti Peradaban Tertua: Lukisan Gua Prasejarah Indonesia Paling Tua Sejagad!

Indonesian Archeology header

Ditemukan Peradaban Tertua Dunia:
Lukisan Gua Prasejarah Indonesia Paling Tua Sejagad!

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan

Lukisan prasejarah berupa stensil tangan di sebuah gua di Indonesia yang memiliki usia setara dengan lukisan prasejarah di Eropa. Sebuah studi baru menunjukkan nenek moyang Indonesia menggambar sejak 40.000 tahun yang lalu. (AP/Kinez Riza, Nature Magazine)

World’s oldest hand stencils discovered inside Tropical Cave in Indonesia and these cave paintings are as old as any art ever found!

Lukisan di beberapa dinding gua di Maros, Pangkep, Sulawesi Selatan sudah ditemukan sejak sekitar 10 tahun lalu. Namun ilmuwan baru meneliti umurnya dan merilisnya di tahun 2014 karena diprediksikan akan menggemparkan dunia ilmu pengetahuan internasional.Mengapa demikian?

Ternyata, lukisan gua (cave art / cave painting) berupa cap tangan, perahu dan garis-garis abstak serta beberapa binatang endemik Sulawesi diantaranya seperti anoa, burung dan babirusa itu ternyata setelah diteliti umur pembuatannya mencapai 35.000 – 39.900 tahun yang lalu (tyl) yaitu pada masa periode Pleistosin (Pleistocene).

Maka hal ini menempatkan lukisan cap tangan dan lukisan lainnya di dalam gua Maros tersebut sebagai salah satu lukisan gua paling tua yang pernah dibuat manusia! Wow!

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 11

Tampak bagian dalam gua disalah satu gua tua yang berada di daerah Maros, Sulawesi Selatan. (Nature)

Dalam rilis pers pada Kamis (9/10/2014) lalu, Pusat Arkeologi Nasional menjelaskan hasil penelitian gabungan antara peneliti Indonesia dan Australia di Maros memberikan implikasi sangat besar terhadap pemahaman evolusi manusia. Terutama yang berkaitan dengan pola perilaku manusia di masa lalu itu.

“Besar kemungkinan bahwa lukisan dinding gua telah muncul dan berkembang ketika manusia modern awal telah menyebar dari Afrika, termasuk Eropa dan Asia Tenggara,” demikian rilis pers Pusarnas.

Proyek Sulawesi ini diisi oleh sejumlah arkeolog Australia dan Indonesia yang memiliki portofolio riset gabungan selama puluhan tahun, dan juga diikuti oleh Profesor Mike Morwood dari Pusat Ilmu Pengetahuan Arkeologis University of Wollongong (UOW) Australia, di mana banyak dari anggota tim ilmuwan ini berasal.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 01

Arkeolog Universitas Wollongong Australia, Adam Brumm (tengah) bersama Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar Muhammad Ramli (kiri) memberikan keterangan pers soal penemuan lukisan gua di gedung Pusat Arkeologi Nasional, Jakarta, Kamis (9/10). Arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional Indonesia bekerjasama dengan Universitas Wollongong dan Universitas Griffith Australia berhasil menemukan lukisan di dinding sejumlah gua karst di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang diperkirakan berumur sekitar 40 ribu tahun dan memberi petunjuk bahwa manusia modern zaman prasejarah tidak hanya ada di daratan Eropa tetapi juga ada di Indonesia. (inilah.com/Wirasatria)

Lukisan Gua Maros Berumur 40.000 Tahun Membuktikan Lebih Tua Dibanding Lukisan Gua Di Eropa

Sebelum penelitian di Maros, arkeolog pada umumnya menganggap lukisan gua di Eropa sebagai satu-satunya yang tertua di dunia. Arkeolog tidak menyangka akan muncul lukisan gua tertua lainnya di luar Eropa, apalagi berasal dari daerah tropis seperti Indonesia.

Tapi penelitian kerjasama antara Pusat Arkeologi Nasional (Indonesia), Universitas Wollongong dan Universitas Griffith (Australia), Balai Peninggalan Cagar Budaya Makasar dan Balai Arkeologi Makasar, telah memberikan sebuah pemahaman baru mengenai umur lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan.

Hasil pertanggalan terhadap “lukisan dinding gua” pada situs-situs arkeologi di Maros, Sulawesi Selatan, menunjukkan umur yang tidak jauh berbeda dengan yang ditemukan di Eropa, yaitu minimal sekitar 40 ribu tahun yang lalu (tyl).

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 08

Lukisan Gua (Cave Art) disalah satu dinding gua daerah Maros, Sulawesi Selatan, yang diperkirakan berusia 40.000 tahun lalu.

“Ini memberikan gambaran bahwa manusia modern awal, yang telah menghuni kawasan Sulawesi Selatan telah mengenal seni cadas (rock art) sebagaimana yang terjadi di Eropa pada waktu yang hampir bersamaan,” demikian penjelasan Pusarnas.

Berdasarkan data yang ada, sejauh ini para arkeolog di dunia beranggapan bahwa lukisan dinding gua muncul pertama kali di Eropa.

Hal itu didukung oleh penemuan lukisan sederhana (non-figurative) di situs El Castillo, Spanyol yang berumur sekitar 41 ribu tyl.

Sementara di Maros, dalam periode yang hampir sama yaitu 39,9 ribu tyl, manusia Sulawesi sudah melukis secara figuratif yaitu cap tangan dan hewan seperti babi dan anoa.

Hasil penelitian yang menggemparkan ini telah dimuat di majalah jurnal ilmiah bergengsi internasional, Nature. edisi 9 Oktober 2014 (doi: 10.1036/nature13422). Bahkan Nature menempatkan hasil penelitian ini di halaman muka majalah mereka dan memberinya halaman khusus.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 03

Kepala Pusat Arkeologi Nasional I Made Geria memberikan keterangan pers soal penemuan lukisan gua di gedung Pusat Arkeologi Nasional, Jakarta, Kamis (9/10). Arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional Indonesia bekerjasama dengan Universitas Wollongong dan Universitas Griffith Australia berhasil menemukan lukisan di dinding sejumlah gua karst di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang diperkirakan berumur sekitar 40 ribu tahun dan memberi petunjuk bahwa manusia modern zaman prasejarah tidak hanya ada di daratan Eropa tetapi juga ada di Indonesia. (Foto: ANTARA>)

Lukisan Gua Maros Terdiri Dari 12 Stensil

Temuan sejumlah lukisan gua tertua dunia di pulau Sulawesi mengubah paradigma awal yang menyatakan bahwa bangsa Eropa adalah bangsa pertama yang menciptakan lukisan purba.

Tim ilmuwan tersebut menemukan 12 stensil tangan dan dua lukisan figuratif binatang di tujuh situs gua di atas bebatuan kapur di menara bukit kapur di barat daya Sulawesi, dengan gambar tertua (sebuah stensil tangan) berumur setidaknya 40.000 tahun.

cover nature magazine Maros cave sulawesi indonesia

Nature Magazine, Ice Age Art in The Tropics. (Nature Oct. 9, 2014 doi:10.1036/nature13422)

Salah satu penulis di jurnal Nature, Thomas Sutikna, yang merampungkan gelar PhD-nya di Sekolah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Lingkungan UOW, adalah salah satu ilmuwan yang mengungkap spesies manusia cebol yang diberi nama “Hobbit” sepuluh tahun lalu.

Dia menyatakan temuan-temuan baru ini memegang peranan penting untuk teori evolusi manusia.

“Lukisan purba adalah salah satu indikator pemikiran abstrak – permulaan dari kehadiran umat manusia di bumi seperti yang kita tahu,” ujarnya.

“Bangsa Eropa tidak lagi bisa secara eksklusif mengklaim kalau mereka adalah bangsa yang pertama mengembangkan pemikiran abstrak. Berkat penemuan ini, mereka harus mau mengakui bahwa ada bangsa lain, para penduduk awal pulau Sulawesi, yang juga membuat lukisan purba di waktu yang tidak terlalu berbeda dengan mereka,” ujar Dr. Dosseto, salah satu anggota tim penulis.

Sutikna mengatakan temuan tersebut menunjukan kalau seni figuratif bisa saja menjadi bagian dari khasanah kultural dari nenek moyang bangsa Indonesia – manusia modern pertama yang mencapai kawasan ini lebih dari 40.000 tahun yang lalu.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 06

Arkeolog Indonesia, Dr. Muhammad Ramli sedang mengamati lukisan prasejarah di dinding dalam sebuah gua di Sulawesi yang berusia sekitar 40.000 tahun lalu. Ia mengatakan lukisan di Maros ini terkikis polusi akibat industri lokal. (Nature Video)

Lukisan Gua Maros berupa Babirusa, Anoa, Burung, Perahu dan Garis-garis abstrak dibuat oleh Homo Sapiens

Pemimpin penelitian di gua Maros Pangkep sekaligus arkeolog dari University of Wollongong, Australia, Adam Brumm mengatakan, para peneliti memang mendapatkan temua berupa lukisan gua yang diperkirakan usianya 40 ribu tahun. Namun, ujar Adam, ia dan timnya belum menemukan tulang belulang manusia di Maros.

“Kami sudah banyak melakukan penggalian di sana tapi memang belum mendapat kerangka manusia, harapan tahun depan bisa ditemukan,” ujarnya. Berbagai macam lukisan di gua maros, kata Adam, seperti babi maupun anoa di dinding gua dilukis oleh manusia purba jenis homo sapiens (manusia modern).

“Saya yakin pelukisnya homo sapiens karena manusia sebelum homo sapiens muncul tidak bisa melukis serumit dan sedetil homo sapiens,” katanya.

Sebelum spesies homo sapiens, terang Adam, tidak ada yang bisa membuat gambar yang  kompleks. Gambar babi, anoa, perahu merupakan gambar yang cukup kompleks. Meski belum menemukan kerangka manusia homo sapiens, ujar Adam, timnya menemukan alat batu untuk membuat lukisan.

“Memang saat ini saya masih berharap untuk menemukan kerangka homo sapiens di samping alat lukis dari batu,” ujarnya.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 04

Lukisan di salah satu gua yang lebih populer dengan nama Gua Leang-leang ini memiliki banyak lukisan tangan manusia dan entah hewan itu seekor rusa atau anoa yang tampak jelas di dinding gua. Arkeolog Belanda Van Heekeren dan Heeren Palm menyusuri gua ini pada tahun 1950.

Manusia purba di Indonesia, terang Adam, membuat lukisan binatang yang ada di Indonesia seperti babi rusa, dan anoa. Di gua-gua di Maros tidak ditemukan lukisan  binatang seperti di gua di Eropa seperti  kuda dan  mamot.

Di tempat yang sama, Arkeolog dari Griffith University,  Australia, Maxime Aubert mengatakan, lukisan yang ditemukan di gua-gua di Maros Pangkep kemungkinan lukisan binatang yang saat itu  ada di Sulawesi. Terdapat lukisan babi usianya sekitar 35.400 tahun.

Arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar Muhammad Ramli mengatakan, di Maros Pangkep, Sulawesi Selatan dari 138 gua yang diteliti sebanyak 93 gua berisi lukisan yang dibuat manusia purba. Lukisan tersebut antara lain lukisan cap tangan manusia, lukisan  binatang, ada babirusa, anoa, burung, perahu, juga garis-garis abstrak.

“Lukisan itu warnanya ada yang merah dan ada yang hitam. Diperkirakan lukisan berusia 38 ribu sampai 40 ribu tahun berdasarkan flowstone yang ada di dinding gua,” kata Ramli di Jakarta, Kamis, (9/10/2014).

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 02

aArkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar Muhammad Ramli (kiri) bersama Arkeolog Universitas Griffiths Australia, Maxime Aubert saat memberikan keterangan pers soal penemuan lukisan gua di gedung Pusat Arkeologi Nasional, Jakarta, Kamis (9/10). Arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional Indonesia bekerjasama dengan Universitas Wollongong dan Universitas Griffith Australia berhasil menemukan lukisan di dinding sejumlah gua karst di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan yang diperkirakan berumur sekitar 40 ribu tahun dan memberi petunjuk bahwa manusia modern zaman prasejarah tidak hanya ada di daratan Eropa tetapi juga ada di Indonesia. (inilah.com/Wirasatria)

Lukisan Gua Maros Mengubah Ide Tentang Asal-Usul Seni

Para peneliti juga mengatakan dalam the journal Nature, bahwa penemuan di Indonesia itu telah mengubah ide-ide tentang bagaimana manusia pertama kali mengembangkan kemampuan untuk menghasilkan seni.

Ilmuwan Australia dan Indonesia telah menelusuri lapisan pertumbuhan mirip stalaktit yang telah terbentuk lebih dari garis yang diwarnai bentuk tangan manusia. Seniman awal membuatnya dengan menorehkan “cat alami” secara hati-hati di sekitar tangan mereka yang terkatup rapat ke dinding dan langit-langit gua.

Lukisan ini, dari Bone, adalah sejenis endemik liar yang kerdil yang hanya ditemukan di Sulawesi. Di mana menurutnya, hewan endemik itu mungkin diburu oleh penduduk sekitarnya. Selain itu, ada pula lukisan dengan bentuk sosok manusia dan gambar binatang berkuku liar yang hanya ditemukan di pulau tersebut.

Dr. Maxime Aubert dari Griffith University di Queensland, Australia, menjelaskan bahwa salah satu dari lukisan tersebut mungkin adalah jenis yang paling awal. Aubert adalah ilmuwan yang menelusuri lukisan yang ditemukan di Maros, Sulawesi Selatan.

“Usia minimum untuk lukisan garis tangan tersebut adalah 39.900 tahun, yang membuatnya sebagai stensil tangan tertua di dunia,” kata Dr Aubert, seperti dilansir dari BBC, Rabu (8/10/2014).

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 08

Manusia Sulawesi sudah melukis secara figuratif salah satunya adalah hewan endemik disana, anoa.

Selanjutnya, ada pula lukisan berbentuk babi yang memiliki usia minimal 35.400 tahun yang lalu. Dan ini adalah salah satu gambaran kiasan tertua di dunia atau salah satu yang tertua. Di samping itu, ada pula lukisan di gua-gua itu yang berusia sekitar 27.000 tahun yang lalu.

Itu artinya, penduduk setempat telah melukis selama setidaknya 13.000 tahun yang lalu. Ada juga lukisan di sebuah gua di kabupaten Bone, yaitu sekitar 100 km sebelah utara dari Maros, Sulawesi.

Namun itu tidak dapat ditelusuri, karena pertumbuhan seperti stalaktit yang digunakan untuk menentukan usia seni tidak muncul. Akan tetapi, para peneliti percaya bahwa lukisan-lukisan itu mungkin berusia sama seperti lukisan yang ada di Maros, karena gayanya yang identik antara keduanya.

Penemuan seni gua di Indonesia adalah penting, karena itu menunjukkan awal dari kecerdasan manusia seperti yang manusia fahami saat ini. Profesor Chris Stringer dari natural History Museum, mengatakan temuan ini mungkin menjauhkan dari pandangan yang Euro-sentris, dalam sebuah ledakan kreatif yang khusus ke Eropa.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 05

One of the hand stencils found. Lukisan gua (cave art) berpola tangan yang ada di gua didaerah Maros, Sulawesi Selatan yang berusia sekitar 40.000 tahun yang lalu. (Kinez Riza)

Sebenarnya, ujar Ramli, pada awal tahun 1980 terdapat lebih banyak lukisan gua dalam bentuk stensil tangan. Namun sayangnya lukisan itu sekarang banyak yang mengalami kerusakan.

Aktivitas penambangan  marmer oleh perusahaan tambang dan penumpukan-penumpukan jerami di dalam gua oleh masyarakat, kata Ramli, banyak merusak stabilitas lingkungan di dalam gua. Sehingga banyak lukisan gua manusia purba yang rusak.

Makanya, ujar Ramli, harus ada  studi konservasi untuk mencari cara terbaik dalam menjaga lukisan gua ini tetap bertahan. Sehingga anak cucu masih bisa menyaksikan lukisan gua manusia purba leluhur.

Maros-Pangkep, hutan batu karst terluas kedua di dunia

Bagi para pecinta aktivitas ekstrem seperti caving, nama Maros-Pangkep sudah tak asing lagi di telinga. Kawasan karst yang berlokasi di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan ini adalah salah satu lokasi yang tak hanya diakui oleh para caver lokal, namun juga dunia.

Kawasan karst Maros-Pangkep atau yang dikenal juga sebagai “Hutan Batu” ini berlokasi di Taman Nasional Bantimurung, Pegunungan Bulusaraung (lihat peta satelit). Batu karst yang ada di kawasan ini umumnya menjulang menyerupai menara sehingga menjadi lokasi pemanjatan yang cukup menantang adrenaline. Untuk menuju lokasi ini, perlu berkendara sejauh 30 km dari kota Makassar, atau sekitar satu jam perjalanan.

Kawasan karst terbesar kedua di dunia ada di Sulawesi Selatan! (FOTO: gocelebes.com)

Kawasan karst terbesar kedua di dunia ada di Sulawesi Selatan! (FOTO: gocelebes.com via wego.com)

Dengan luas mencapai 43.750 hektar, Maros-Pangkep menyandang predikat ‘hutan batu’ karst terluas kedua di dunia, setelah China. Luas tersebut mencakup 20.000 hektar area pertambangan, dan 23.750 hektar area konservasi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Ada sekitar 268 gua berstalaktit dan stalakmit yang ada di kawasan ini. 89 di antaranya adalah gue prasejarah yang meninggalkan jejak kehidupan manusia prasejarah yang telah ditemukan tersebut, seperti lukisan pada dinding gua, alat dapur, dan sampah dapur prasejarah dari cangkang mollusca.

Beragam jenis flora hidup di kawasan karst ini, di antaranya Bintangur, Beringin, Enau, Nato, dan masih banyak lagi, termasuk flora endemik seperti Kayu Hitam Sulawesi dan Sepang yang biasa digunakan sebagai campuran minuman oleh warga lokal.

Fauna endemik juga banyak ditemukan di sini, sebut saja Tarsius, luwak, rusa, burung enggang, kalajengking gua, hingga beragam jenis reptil dan amphibi.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 12

Tampak seorang arkeolog sedang menyoroti lukisan gua prasejarah era Plestosin yang berusia puluhan ribu tahun dengan senternya yang ada didalam salah satu gua di Maros, Sulawesi Selatan

Selain itu kawasan hutan batu ini menyimpan biota langka dan endemik, diantaranya merupakan satu-satunya di dunia, yakni monyet hitam atau Macaca Maura dan 125 jenis kupu-kupu langka.

Ada juga laba-laba goa jenis baru yang memiliki ukuran setelapak besar tangan orang dewasa, ikan goa buta yang transparan, kepiting laba-laba, dan binantang endemik lainnya.

Indahnya panorama pebukitan karst dengan warna batuan dominan hitam diantara aliran sungai dan hamparan persawahan tersebut, ditambah bentuknya unik, bak pahatan alam dengan tinggi yang bervariasi mulai dari beberapa centi meter sampai puluhan meter itu, membuat pemandangan sungguh luar biasa menakjubkan.

Bahkan jarang yang pernah berkunjung tidak berdecak kagum dan merasa betah berlama-lama di kawasan bukit kapur dengan goa-goa yang banyak tersembunyi di sekitarnya. Goa-goa tersebut memiliki stalaktit, stalakmit, flowstone, helektit, pilar, dan sodastraw menakjubkan.

Selain karena itu, banyak diantara mereka mengakui jika berada di kawasan bukit batu karts itu, seakan dibawa ke Halong Bay Vietnam. Entah karena alasan itu atau bagaimana, yang pastinya karst Rammang-rammang menjadi salah satu tujuan wisata favorit turis mancanegara di Sulawesi Selatan (lihat peta satelit).

karst maros

Wisata perahu d wilayah Maros, Sulawesi Selatan. (FOTO: travelblog.ticktab.com)

Tempat Manusia Purba

Berdasarkan sumber dari sejumlah peneliti geologi dan arkeologi nasional dan internasional yang pernah meneliti di kawasan karst tersebut, menyebutkan bahwa dari ratusan goa yang berada di kawasan karst tersebut, sebanyak 89 di antaranya, merupakan goa prasejarah yang merupakan bekas tempat tinggal manusia purba ribuan tahun lalu.

Bahkan kawasan bukit karst Rammang-rammang menyimpan banyak bukti sejarah fenomena geologi, khususnya fenomena pergerakan lempeng bumi yang memiliki andil dalam pembentukan Pulau Sulawesi.

Keeksotikan kawasan bukit karst Maros semakin lengkap dengan adanya aliran sungai yang diapit oleh hamparan persawahan, rumah-rumah panggung milik penduduk, menara karst, taman batu, gua karst, jembatan karst dan yang paling menakjubkan adalah pada ujung sungai tersebut terdapat perkampungan yang dibentengi oleh gugusan menara karst.

Dan di sungai itu menyajikan keindahan lanskap bagai jejeran etalase keragaman perpaduan geodiversity, biodiversity dan cultural diversity yang tak ada tandingannya.

Menyusuri Gugusan Karts Rammang-rammang Maros

Karst Rammang-rammang yang unik di wilayah Maros. kawasan kars terbesar kedua di dunia. (FOTO: wisatasulawesi.com)

Menurut beberapa ahli, kawasan dengan perpaduan menara karst dan sungai seperti yang ada di kawasan itu, sangat jarang ditemui. Hanya ada di Cina dan di Maros, Sulawesi Selatan Indonesia.

Oleh karena itu patut jika kawasan bukit karst Rammang-rammang ini dinilai sebagai kawasan karst kelas dunia. Pengusulan Maros-Pangkep sebagai warisan dunia sebetulnya sudah mencuat sejak tahun 2000-an, sebelum Taman Nasional terbentuk.

Menurut situs UNESCO, baru pada 6 Oktober 2009 lalu Maros-Pangkep resmi terdaftar sebagai calon Warisan Dunia kategori Natural atau alamiah.

Maros-Pangkep merepresentasikan kawasan yang bisa dijadikan rujukan penelitian mengenai sejarah bumi, sumber air, ekosistem pesisir, serta biota dan komunitas fauna hingga ribuan tahun ke belakang.

Karst Rammang-rammang di wilayah Maros. kawasan kars terbesar kedua di dunia. (FOTO: wisatasulawesi.com)

Menariknya lagi, sumber air di kawasan ini dapat dijadikan sumber cadangan air di musim kemarau yang bisa dipakai untuk mengairi persawahan masyarakat sekitar.

Ada dua pertambangan semen terbesar di Sulawesi yang berada di sekitar wilayah itu yang dapat mengancam keberadaan situs-situs dan Taman Nasional disana, yaitu Semen Bosowa Maros dan Semen Tonasa.

Semoga aktifitas pertambangan tak semakin meluas dan tak akan banyak berpengaruh terhadap wilayah tersebut yang dapat membuat situs kuno dasri zaman prasejarah periode Pleistosin itu tak lenyap dari pulau Sulawesi.

(Nature Magazine/ Nature Video / Kinez Riza/ BBC/ Republika.co.id/ wego.com/ wisatasulawesi.com/  berbagai sumber)

Keindahan wilayah Maros yang terdapat gugusan tebing cadas yang tinggi dan terbentang luas hingga 43.750 hektare yang berpadu dalam birunya langit yang kontras dengan hijaunya vegetasi alami merupakan panorama taman alami yang dapat dilihat semua orang yang melintasi jalan trans Sulawesi.

Kawasan kars terbesar kedua di dunia. (FOTO: sodventure.blogspot.com)

Maros. kawasan kars terbesar kedua di dunia. (FOTO: sodventure.blogspot.com via wego.com)

 

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 09

Lukisan gua berpola Babi Rusa (pig-deer) yang ada di dalam gua Maros Sulawesi Selatan.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 10

Seorang ilmuwan sedang mengamati lukisan gua berupa Anoa atau Sapi khas endemik Pulau Sulawesi yang ada dibagian atas dinding dalam gua Maros Sulawesi Selatan.

Lukisan Gua Maros Sulawesi Selatan 11

Sebagian lukisan gua banyak yang sudah rusak terkikis akibat kelembaban iklim tropis dan akibat industri lokal,

https://indocropcircles.files.wordpress.com/2014/10/1e519-petaadministrasi.jpg


VIDEO:

VIDEO: Oldest Civilization 40,000 y.o Found at Cave Maros on South Sulawesi in Indonesia


Artikel Lainnya:

Manusia Jawa Purba Pernah Mendiami Eropa 700.000 Tahun Lalu

Ilmuwan Kaget!! Fosil di Siberia “Kerabat” Orang Papua!

Situs Megalith Gunung Emas (Bukit Puncak Villa) di Suliki Sumbar

Dahulu, wilayah bangsa Indonesia pernah menguasai lebih 2/3 Muka Bumi?

Teori Evolusi Mungkin Berakar dari Indonesia

Mungkinkah, Nusantara adalah The Atlantis yang Hilang dan Kini Dicari?

Homo Erectus Sumatra di Goa Harimau Diyakini Moyang Indonesia

Topeng Misterius Langka dari Goa Made Jombang Jatim, diteliti Peneliti Dunia

Ditemukan: Goa Purba Fosil “Manusia Wajakensis” Temuan Dubois

Ratusan Fosil Purba Berusia 40.000 SM Ditemukan di Tulungagung

Batu Ukir Berusia 1.000 Tahun Ditemukan di Ponorogo

Prasasti Heboh Bertulis: “Seluruh Manusia Akan Menghadapi Sesuatu” Menarik Perhatian Para Pejabat

Hah?? Situs Gunung Padang Cianjur Berusia 109 Abad Sebelum Masehi? (Gunung Padang – PART 2)

Ilmuwan: Riset Selesai, Gunung Padang Bisa Ubah Peta Peradaban Dunia! (Gunung Padang – PART 6)

Artefak-Artefak Gunung Padang Cianjur Yang Misterius (Gunung Padang – PART 9)

=>Puluhan Artikel Terkait Arkeologi Indonesia Lainnya<=

=>Puluhan Artikel Terkait Arkeologi Dunia<=


Ditemukan Bukti Peradaban Tertua: Lukisan Gua Prasejarah Indonesia Paling Tua Sejagad!

((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))

Pos ini dipublikasikan di Arkeologi Indonesia, Penemuan-Penemuan Misterius dan tag , , , , , , . Tandai permalink.

4 Balasan ke Ditemukan Bukti Peradaban Tertua: Lukisan Gua Prasejarah Indonesia Paling Tua Sejagad!

  1. Anonymous berkata:

    Ini menandakan budaya bangsa indonesia yg begitu luhur.
    Semoga ke depan akan ditemukan lagi penemuan lain.

  2. Febbry Friday berkata:

    Jadi ingin ke sulawesi selatan

  3. sartika rara kamyning berkata:

    indonesia memang kaya

  4. rafiuddin berkata:

    kendahan alamnya luarbiasa

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.