Ketika Mereka Membunuh Sepuluh Juta Rakyat Afrika, Mereka Tidak Dijuluki ‘Hitler’

Hidden History For The Truth header2

Ketika Mereka Membunuh Sepuluh Juta Rakyat Afrika, Mereka Tidak Dijuluki ‘Hitler’

King-Leopold-II.belgium raja leopold-II Belgia

Lihatlah foto atau gambar diatas ini. Apakah Anda tahu siapa dia? Kebanyakan orang bahkan Anda pun mungkin belum pernah mendengar tentangnya. Tapi Anda harus mengetahuinya.

Bahkan, seharusnya ketika Anda melihat wajahnya atau mendengar namanya saja, Anda harusnya “sakit perut”, benci, trauma bahkan takut, seperti ketika Anda membaca tentang Mussolini atau Adolf Hitler, atau ketika Anda melihat salah satu dari foto-foto mereka.

Perbudakan dan Eksplorasi Kapitalis di Afrika

Yang anda lihat pada foto diatas, dia telah membunuh lebih dari 10 juta orang di Kongo! Namanya adalah Raja Leopold II dari Belgia atau King Leopold II of Belgium.

Dia adalah yang “memiliki” Kongo selama pemerintahannya sebagai raja konstitusional Belgia. Setelah beberapa kali gagal mengkolonisasi negara-negara di Asia dan Afrika, ia menetap di Kongo.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/fc/Leopold2.jpg

Leopold II

Raja Leopold II “membeli” negara itu dan diperbudak rakyatnya, mengubah seluruh negara menjadi perkebunan budak pribadinya sendiri. Dia menyamarkan transaksi bisnis sebagai “filantropis” dan “ilmiah” dalam upayanya dibawah bendera Masyarakat Internasional Afrika (International African Society).

Raja Leopold II menggunakan tenaga rakyat Kongo dan diperbudak untuk mengekstrak sumber daya Kongo dan baik barang atau bidang jasanya. Pemerintahannya telah berjaya melalui kamp kerja, mutilasi tubuh, eksekusi, penyiksaan, dan membentuk tentara pribadi untuknya.

Sebagian besar dari kita termasuk masyarakat dunia, tidak diajarkan tentang perbuatan buruknya di sekolah. Kita tidak mendengar tentangnya di media. Dia bukan bagian dari narasi luas yang diulang-ulang dari sebuah penindasan, seperti Holocaust selama Perang Dunia II.

Raja Leopold II bagian dari sejarah panjang sejarah kolonialisme, imperialisme, perbudakan dan genosida di Afrika yang akan berbenturan dengan konstruksi sosial narasi supremasi kulit putih di sekolah kita.

Ini tidak cocok dengan kurikulum kapitalis. Membuat komentar rasis secara terang-terangan terkadang disukai dalam masyarakat sopan, tapi itu cukup baik untuk tidak berbicara tentang genosida di Afrika yang dilakukan oleh penguasa kapitalis Eropa.

Mark Twain menulis sebuah satir tentang Leopold berjudul “King Leopold’s soliloquy; a defense of his Congo rule“ (“Solilokui Raja Leopold; pertahanan pemerintahan Kongo-nya”) di mana ia mengejek pertahanan pemerintahan raja ini sebagai teror, terutama melalui kata-kata Leopold sendiri yang berjumlah 49 halaman. Mark Twain adalah seorang penulis populer bagi sekolah-sekolah publik di Amerika.

https://i0.wp.com/www.digitaljournal.com/img/4/9/8/8/0/7/i/8/5/8/p-large/congo-hands.jpg

Tapi seperti kebanyakan penulis dibidang politik, kita akan sering membaca beberapa tulisan tentang politik mereka dan membaca “asal telan” tanpa belajar mencari tahu mengapa penulis telah menulis bukunya dengan cara itu.

Misalnya saja Orwell Animal Farm ia menulis tentang propaganda re-inforce anti-Sosialis Amerika, kerena Orwell adalah orang anti-kapitalis revolusioner dari jenis yang berbeda, dan ini tidak pernah ditunjukkan. Dengan begitu pembaca yang tak menelitinya, akan terhanyut.

Kita dapat membaca tentang Huck Finn dan Tom Sawyer, tapi soliloquy Raja Leopold tidak ada dalam daftar bacaan. Ini bukan kebetulan karena daftar bacaan diciptakan oleh dewan pendidikan dalam rangka mempersiapkan siswa untuk mengikuti perintah, dan diharapkan dapat bertahan pada kesimpulan dari hasil bacaan itu. Dari sudut pandang Departemen Pendidikan di banyak negara, seakan rakyat Afrika tidak memiliki sejarah.

https://i0.wp.com/www.notbeinggoverned.com/wp-content/uploads/2015/07/congo-children.jpg

Warga Congo duduk diatas rel kereta api

Sejarah Afrika Yang Tak Diketahui Dunia

Ketika kita belajar tentang Afrika, kita belajar tentang arkeologi Mesir, tentang epidemi HIV (tapi tidak pernah mengungkap detail apa penyebabnya), tentang efek perdagangan budak, dan mungkin sekitar politik Apartheid di Afrika Selatan, yang kadang hanya dari sisi dunia Barat.

Kita juga melihat banyak gambar dari anak-anak Afrika yang kelaparan di iklan televisi, kita melihat safari di acara flora dan fauna, dan kita melihat gambar dari gurun di film-film. Namun kita tidak belajar tentang Perang Besar Afrika atau Pemerintahan Teror Leopold selama Genosida Kongo.

Hal yang persis sama ketika kita juga tidak belajar tentang apa yang Amerika Serikat telah dilakukan di Irak dan Afghanistan, yang telah membunuh lebih dari 5-7 juta orang akibat dari efek bom, sanksi, penyakit dan kelaparan. Jumlah kematian adalah penting dalam suatu peristiwa tragis. Itu pun belum menghitung korban di Afghanistan, Irak, atau Kongo.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/61/1884_Map_of_the_Belgium_Congo.jpg/574px-1884_Map_of_the_Belgium_Congo.jpg

Peta Kongo Belgia (1884)

Apakah yang sekarang disebut sebagai Republik Demokratik Kongo (Democratic Republic of the Congo) tercantum dalam referensi ke Second Congo War atau Perang Kongo Kedua yang juga disebut Perang Dunia Afrika (Africa’s World War) atau Perang Besar Afrika (Great War of Africa), dimana kedua sisi konflik multinasional itu diburu oleh Bambenga dan memakan mereka.

Kanibalisme dan perbudakan adalah kejahatan yang menghebohkan dan harus dimasukkan ke dalam sejarah, namun tunggu dulu…. marilah berbicara tentang suatu yang nyata dan pasti. Tapi, kita sendiri tidak bisa mencoba untuk berpikir tentang: untuk kepentingan siapa berita itu disajikan ketika hanya menyebutkan Kongo pada halaman itu, yang mengacu pada insiden multi-nasional dimana hanya sekelumit minoritas orang memakan satu sama lainnya?

Ini adalah sebuah kenyataan untuk menciptakan kondisi menyeramkan dan saling benci di ‘Benua Hitam’ itu, yang akan juga menciptakan konflik-konflik itu semakin berkepanjangan dan hal inilah tujuannya, tidak kurang dari itu.Kita mengetahui banwa sejak ratusan tahun hingga kini, peperangan antar suku di Afrika masih marak. Di tengah kemiskinannya, mereka tetap menopang senjata untuk saling membunuh dalam kebencian yang tak berdasar, inilah efeknya dari ajaran kolonial dan kapitalis: Politik Pecah Belah.

Kolonialisme Yang Tidak Dijuluki Sebagai “Hitler”

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/58/Victim_of_Congo_atrocities%2C_Congo%2C_ca._1890-1910_%28IMP-CSCNWW33-OS10-19%29.jpg/478px-Victim_of_Congo_atrocities%2C_Congo%2C_ca._1890-1910_%28IMP-CSCNWW33-OS10-19%29.jpg

Seorang anak korban kekejaman Belgia di Kongo berdiri dengan misionaris (mungkin Mr. Wallbaum), Kongo, sekitar tahun 1890-1910.

Cerita yang mendukung supremasi suku ‘Kulit Putih’ Eropa tentang sub-manusia atau subhumanness orang di Afrika, menurut mereka, seharusnya diizinkan untuk dimasukkan ke dalam catatan sejarah.

Orang kulit putih-lah yang mengubah Kongo menjadi bagian dari “perkebunan pribadi”, bagian dari kamp-konsentrasi, bagian dari misionaris Kristen sendiri dan membunuh 10 juta hingga 15 juta orang Kongo dalam dunia nyata dan sejarah itu tidak boleh disensor atau sejarah itu tak boleh diputus!

Dibawah ini hanyalah sebagian potongan kecil dari sejarah panjang pada masa lalu bagi rakyat Kongo yang kelam.

Kerajaan Belgia dibawah kekuasaan Raja Leopord II membeli wilayah Kongo di Afrika dan memperbudak penduduknya secara brutal dan menjual semua hasil alamnya berupa Karet dan Gading. Setidaknya ada 10 juta jiwa tewas dalam rentang waktu 50 tahun.

Menggunakan tentara yang bernama “Force Publique”, Raja Leopord memaksa penduduk lokal untuk bekerja hingga mereka mati. Semua itu dilakukan untuk memenuhi ambisinya dalam meraih keuntungan. Jika penduduk lokal tak memenuhi ambisinya, maka mereka akan diculik untuk ditembak mati atau organnya diambil hidup-hidup.

Bangsa kolonial ini juga secara sistimatik melakukan penyerangan seksual terhadap wanita lokal Kongo. Peneliti sejarah berpendapat bahwa kebijakan kolonial Belgia memiliki kontribusi terhadap genosida atau pembantaian suku di Rwanda pada era tahun 1990-an.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/52/MutilatedChildrenFromCongo.jpg/314px-MutilatedChildrenFromCongo.jpg

Penduduk Kongo yang dimutilasi.

Bahkan aturan kolonial mereka dalam memecah-belah masih mempengaruhi suku-suku disana.

Kala itu, Belgia menuduh dan memprovokasi kelompok pribumi suku Hutu sebagai suku yang rasis terhadap tetangga mereka, suku Tutsi.

Provokasi ini masih berlanjut yang menyebabkan kebencian mendalam dan menyebabkan terjadinya  pambantaian secara besar-besaran diantara kedua suku itu. Akibatnya  suku Hutu sudah membantai sebanyak 800.000 jiwa suku Tutsi.

Anda lihat sendiri, ketika mereka membunuh sepuluh juta orang Afrika, mereka tidak disebut sebagai ‘Hitler’.

Artinya, nama mereka tidak untuk melambangkan inkarnasi oleh kehidupan yang sangat jahat. Bahkan, nama dan gambar mereka tidak menghasilkan ketakutan, kebencian, dan kesedihan. Korban mereka juga tidak lagi dapat berbicara tentang mereka, dan nama mereka tidak lagi diingat.

Pada tanggal 17 Desember 1909, Leopold II meninggal di Laeken. Dia dikebumikan di lemari besi kerajaan di Gereja Lady of Laeken (Church of Our Lady of Laeken) di Brussels. Pada akhir pemerintahannya, dia tidak populer, dan prosesi pemakamannya dicemooh. Mahkota Belgia diteruskan ke Albert, anak saudara Leopold, Philip, Pangeran Flanders (Count of Flanders).

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/0d/Solemn_Funeral_of_the_King.jpg/640px-Solemn_Funeral_of_the_King.jpg

Prosesi pemakaman Leopold II melewati Royal Palace of Brussels, 22 Desember 1909.

Leopold adalah hanya salah satu bagian dari ribuan hal yang membantu dalam membangun supremasi suku “Kulit Putih”, baik sebagai narasi ideologis dan realitas material.

Tentu saja kita tidak ingin berpura-pura bahwa hanya di Kongo saja sebagai sumber dari segala kejahatan yang ada di bumi. Tapi dalam kasus ini, dia adalah Raja, dia adalah jenderal, dia adalah prajurit, sekaligus ras “kulit putih”, dan manajer yang melakukan penawaran dalam menegakkan hukum-Nya. Namun itu semua hanyalah sebuah sistem.

Leopold 2Selain itu, hal ini tidak selalu berarti bahwa semua individu selalu mengatas-namakan simbolik dari suatu sistem.

Namun tetap saja kita tidak pernah mengerti, karena tidak ditulis san dibahas melalui sejarah yang sebenar-benarnya tentang apa yang telah kapitalisme lakukan di Afrika, termasuk mengapa semua hak istimewa dari orang kulit putih kaya peroleh, dari genosida di Kongo yang tersembunyi.

Para korban imperialisme yang telah dibuatnya, seperti biasanya mereka, tak akan terlihat. Karena jika Anda menguasai masa lalu, maka andalah yang akan menguasai catatan sejarah untuk masa kini.

Dan jika Anda menguasai catatan sejarah pada masa kini, maka Anda akan mengasai sejarah berikutnya di masa yang akan datang, semua hal jelek dapat terkubur, karena sejarah ditulis oleh pemenang. Namun, fakta adalah sejarah, dan sejarah adalah fakta.

(source: When You Kill Ten Million Africans You Aren’t Called ‘Hitler’ by walkingbutterfly.com / Wikipedia / edited, narrated, added materials & paragraphs by IndoCropCircles.com)

VIDEO: Congo-The Brutal History (9:47)

VIDEO: Belgian Congo (15:00)

VIDEO: Congo White King Red Rubber Black Death (01:49:34)

colonialism africa 1914 map

Ketika leopold-2 Membunuh Sepuluh Juta Rakyat Afrika, Mereka Tidak Dijuluki 'Hitler'

ARTIKEL BAHASA INDONESIA PERTAMA DI INTERNET

Artikel Lainnya:

Arsip Rahasia: Proyek UFO Adolf Hitler Bukan Fantasi

Adolf Hitler Masuk Islam dan Mati di Indonesia

Proses Terjajahnya Kembali Indonesia Sejak November 1967

Rezim Orde Baru: Ketika Indonesia Menjadi Kapitalis

Gila!! Selama Ini Dunia Diatur Yahudi Hanya Oleh Lembaran Kertas!

Dajjal Sudah Ada, Namun Allah Belum Izinkan Untuk Muncul

*****

Ketika Mereka Membunuh Sepuluh Juta Rakyat Afrika, Mereka Tidak Dijuluki ‘Hitler’

((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))

Pos ini dipublikasikan di Konspirasi Teori dan tag , . Tandai permalink.

4 Balasan ke Ketika Mereka Membunuh Sepuluh Juta Rakyat Afrika, Mereka Tidak Dijuluki ‘Hitler’

  1. ipanase berkata:

    mengerikan dan memilukan ;'(

  2. kasamago berkata:

    Perlu di ungkap ke dunia selebar lebarnya.. Hitlernya Hitler : King Leopold II

  3. Maudy Usn berkata:

    Sejarah tidak pernah menyebutnya.. Sangat memilukan hati.

  4. Belum tentu sejarah itu fakta .. Kerena sebagian orang sudah merubah sejarah .. Dan fakta yang sungguhnya terkadang belum terungkap memang tidak disemua kasus .. Namun faktanya memang begini

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.