Makam Kolam Mamilla: Saksi Bisu Pembantaian Ribuan Kristen Oleh Yahudi

Kompleks Pemakaman Kolam Mamilla (Mamilla Pool), Saksi Bisu Pembantaian Ribuan Kristen Oleh Yahudi

Mamilla Pool, a place that in the past thousands of Christians had been slaughtered by the Jews. The massacre of Christians during the Persian invasion of 614 at the Mamilla Pool, attributed by a Christian chronicler to Jewish revenge after years of Byzantine repression, was documented by an archaeological find in a chapel containing hundreds of human skeletons of urban dwellers of both sexes and of relatively young age. The site of the chapel is now covered over by the Mamilla Mall parking house.


Sejarah ini sengaja dikubur untuk dilupakan dunia. Bahkan di situs ini ketika Anda sharing atau dibagikan, entah kenapa, judul artikel tidak dapat terpampang, juga foto-foto dan gambar di dalam artikel ini juga tak dapat terlihat ketika di bagikan. Kini situs bersejarah tersebut terancam dikubur untuk pembangunan sebuah musium -Admin IndoCropCircles-

Tempat pemakaman bernama Mamilla adalah situs berupa kompleks pemakaman yang terdapat kolam di dalamnya. Karena sudah sangat lama, maka tempat ini se,pat memiliki beberapa nama pada masa lalu tergantung siapa yang saat itu sempat menguasainya.

Namanya selain Mamilla, ada pula yang menyabutnya sebagai Mamillah atau man-Illah atau Ma-min-ullah, atau  Mamilla Cemetery, atau the Patriarch’s Lake, atau the Pool of Hezekiah atau the Pool of the Patriarch’s Bath, atau dikenal juga sebagai pemakaman Ma’amun Allah Cemetery yang sempat menjadi pemakaman Muslim bersejarah yang kini terletak sekitar 1200 meter di sebelah barat dari tembok Kota Tua atau Tembok Ratapan di Jerusalem.

Kompleks pemakaman yang di tengahnya terdapat Kolam Mamilla (Mamilla Pool), terdapat pula sisa-sisa gambar dari periode awal Islam, beberapa tempat suci Sufi, dan makam-makam sejak era Mamluk. Beberapa jenazah Muslim kemudian juga dimakamkan disini, setelah Islam menguasai wilayah ini.

Lokasi Mamilla Pool (kiri) di kota tua Jerusalem, tampak Komplek Masjid Al-Aqsa / Temple Mount Complex disebelah kanan yang keduanya hanya berjarak sekitar 1200-1300 meter.

Namun jika ditarik lagi pada masa sebelumnya, permakaman ini adalah tempat bersemayamnya ribuan umat Kristen yang dulu dibantai oleh kaum Yahudi. Di kompleks pemakaman Mamilla tempat dikuburnya ribuan orang Kristen yang dibunuh di era pra-Islam ini juga terdapat beberapa makam sejak Perang Salib.

Satu lagi fakta sejarah, yang selalu berusaha untuk dikubur dalam-dalam agar dilupakan, supaya tak mudah terkuak. Hanya waktu yang dapat mengubur kebenaran. Dan jika terbukti, mereka akan selalu membantahnya, persisi seperti modus yang selalu dilakukan dan tak pernah berubah, tapi rekam jejak tak akan berdusta.

Namun penulisan sejarah yang dimanupulasi pasti ada sebab-akibatnya, dan akan lebih dipercaya jika sejarah ditulis oleh para pemenang, padahal kebanyakan darinya justru tidak. Banyak sejarah yang ditulis oleh yang kalah, justru menguak banyak fakta dari sejarah itu sendiri.

Benar-benar diabaikan dalam kegilaan media saat ini tentang pembangunan Museum Toleransi (Museum of Tolerance) di atas Makam Ma’amun Allah (Mamilla Cemetery) yang berusia milenium, adalah sejarah yang terlupakan, bahwa di tempat itu adalah ladang pembunuhan tahun 614 Masehi.

Mamilla Pool and Mamilla Muslim Cemetery Jerusalem Palestine (1856) / Kolam Mamilla dan Pemakaman Muslim Mamilla, Jerusalem, Palestina (1856)

Jerusalem diinvasi Kekaisaran Bizantium (Kekaisaran Romawi Timur) dibantu Kristen

Kekaisaran Bizantium dikenal sebagai “Kekaisaran Romawi Timur”, istilah yang digunakan oleh sejarawan modern untuk menyebut bagian Kekaisaran Romawi yang didominasi penutur bahasa Yunani dan berpusat di Konstantinopel pada masa Antikuitas Akhir dan Abad Pertengahan dari negaranya yang lebih awal pada masa Klasik.

Disebut Kekaisaran Bizantium terutama dalam konteks Abad Pertengahan setelah keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat. Penduduk dan negara-negara tetangganya menyebut kekaisaran ini sebagai Kekaisaran Romawi saja.

Kaisar Hadrian seorang kaisar Roma yang memerintah dari 117 hingga 138 M, menggabungkan Provinsi Iudaea dengan provinsi-provinsi tetangga dengan nama baru “Syria Palaestina”, menggantikan nama Yudea. Kota ini dinamai Aelia Capitolina, dan dibangun kembali dengan gaya kota Romawi yang khas.

Orang-orang Yahudi dilarang memasuki kota, kecuali satu hari dalam setiap tahun, yaitu selama liburan Tisha B’Av. Secara keseluruhan, tindakan ini (yang juga mempengaruhi orang Yahudi Kristen) pada dasarnya “sekularisasi” kota. Sementara itu, orang-orang Kristen akan segera diberi pengecualian untuk masuk kota.

Pada abad ke-4, Kekaisaran Bizantium dipimpin Kaisar Romawi Constantine-I memerintahkan pembangunan situs suci Kristen di kota Jerusalem, termasuk Gereja Makam Suci (Church of the Holy Sepulchre). Pada abad ke-5, Kekaisaran Bizantium ber-ibukota Konstantinopel yang baru saja diubah namanya, sebagai pengendali kota.

Kekaisaran Bizantium tetap berkuasa, hingga Kaisar Heraclius yang memerintah antara 610-641 Masehi, melakukan pembantaian terhadap orang Yahudi, bala tentaranya membunuh puluhan ribu orang Yahudi di Jerusalem dan seluruh Galilea.

Satu penjelasan, setidaknya menurut Eutychius, adalah bahwa Heraclius didorong untuk melakukan ini oleh para imam atau biksu anti-semit. Namun ada penjelasan lain dari manuskrip bahwa Heraclius bermimpi bahwa Kekaisaran Bizantium akan dihancurkan oleh “orang yang disunat”.

Heraclius menganggap mereka yang disunat itu adalah orang Yahudi, dan oleh karenanya mereka disembelih dan dibantai untuk melindungi dirinya sendiri. Namun kemudian suatu saat nanti, Kekaisaran Bizantium tetap hancur oleh orang-orang bersunat lain, yang baru saja muncul di Arabia pada waktu itu, yaitu umat Islam untuk merebut Jerusalem dari kebrutalan Kekaisaran Bizantium. Larangan Yahudi memasuki kota Jerusalem dipertahankan Bizantium atau Romawi Timur sampai abad ke-7 Masehi.

Pada tahun itu, menurut umat Kristen, hampir tiga abad kemakmuran dibawah kekaisaran Bizantium, Jarusalem hancur berantakan oleh Sassanid Persia Shah Khosrau II, yang dikenal sebagai Parvez – the Victorious.

Mamilla Pool and Mamilla Muslim Cemetery Jerusalem, Palestine, 1940.

Jerusalem dibawah kendali Bizantium diinvansi Kekaisaran Persia dibantu Yahudi

Memasuki pada awal abad ke-7 Kaisar Persia Sassanid Khosrau II dibantu oleh orang-orang Yahudi di Palaestina Prima, yang telah bangkit melawan Bizantium, masuk Jerusalem melalui Suriah, jendralnya Shahrbaraz dan Shahin menyerang Jerusalem yang dalam bahasa Persia disebut Dej Houdkh.

Orang-orang Yahudi setempat bersama dengan rekan-rekan agama mereka di Babilonia bersekutu dengan penjajah Persia yang pada kala itu masih masih menganut Zoroastrian untuk mengalahkan penguasa Kristen.

Balas dendam mereka kepada umat Kristen diperlihatkan kaum Yahudi di dapan anak-anak dan cucunya, sengaja untuk diturunkan kepada anak-cucunya agar melahirkan generasi yang menyukai penganiayaan. Begitu dendamnya, tak lupa pula kala itu orang-orang Yahudi juga menghancurkan ratusan Gereja dan Vihara (Monasteries).

Penulis James Parkes juga menggambarkan lanjutan pembantaian dalam bukunya, “A History of Palestine from 135 AD to Modern Times“:

“A History of Palestine from 135 AD to Modern Times” by James Parkes.

“Pada tahun 614 mereka menguasai Jerusalem setelah pengepungan yang hanya berlangsung 20 hari. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang Persia mendapat bantuan besar dari orang-orang Yahudi di Galilea. Seorang penulis sejarah menyebutkan tentara Yahudi sejumlah 20.000, dan beserta 26.000 orang lainnya.”

“Sementara angka aktual tidak dapat dipastikan, sama seperti semua cerita dan tokoh kuno, tidak ada alasan untuk mempertanyakan fakta bahwa orang-orang Yahudi membantu Persia untuk menginvansi daerah itu dibawah Kekaisaran Bizantium (Kekaisaran Romawi Timur) dengan cara mengumpulkan semua orang yang dapat mereka kumpulkan, dan bantuan yang mereka berikan itu cukup besar bagi Persia.”

“Begitu Jerusalem berada di tangan Persia, pembantaian terhadap orang Kristen yang mengerikan pun terjadi, dan orang-orang Yahudi dituduh telah memimpin dalam pembantaian ini.” (James Parkes, “A History of Palestine from 135 AD to Modern Times“)

Menurut sebuah artikel di situs Yahudi, Jerusalem Post, tulisan sejarah tentang pembantaian ini terlampau dibesar-besarkan. Tulisan itu berpendapat, “Tidak mengherankan jika tuduhan itu benar, karena cerita fantastis itu ditulis oleh penulis sejarah Kristen yang menceritakan tentang pembalasan dendam Yahudi, bisa saja dibesar-besarkan.”

Berapa banyak tahanan perang Kristen yang dibunuh di Mamilla Pool atau Kolam Mamilla? Angka yang tepat tentu saja tidak mungkin dilakukan verifikasi. Namun arkeolog Israel, Ronny Reich, menghitung sampai 60.000 orang Kristen dibantai kaum Yahudi, sebelum militer Persia akhirnya menghentikan pembantaian tersebut.

Salah satu saksi mata, Strategius St. Sabas atau yang lebih dikenal sebagai Saint Sabbas the Sanctified atau disebut singkat sebagai Santo Sabas (439-532 M), menulis:

Santo Sabas (439-532 M)

“Orang-orang Yahudi meminta tebusan kepada orang-orang Kristen dari tangan tentara Persia dengan uang yang memadai, namun akhirnya membantai mereka dengan penuh sukacita yang besar di Mamilla Pool, dan semua itu terjadi dengan tumpahan darah umat Kristen.”

“Kekuasaan pemerintahan Persia di Tanah Israel berlangsung selama 14 tahun. Orang-orang Bizantium secara berani kembali kesana ketika kota sudah menjadi puing-puing dan reruntuhan pada tahun 628, hanya untuk menghadapi tentara hebat teman dan sahabat Muhammad, Omar ibn Khattab.” (James Parkes, “A History of Palestine from 135 AD to Modern Times“)

Santo Sabas adalah seorang rahib ortodok Cappadocian-Syrian, tinggal di Palaestina Prima dan mendirikan sebuah Laura / Monastery (tempat berdoa) yang terkenal diantara Jerusalem dan Laut Mati. Julukan “Saba” ia dapat dari bahasa Aramaic, סַבָּא (sabba’) yang berarti “ornag tua”. Kini, Laura yang dinamakan Sabbas Monastery yang ia dirikan menjadi terkenal dan dikunjungi banyak orang.

Seseorang tak dapat memahami Sulha al-Quds – perjanjian kapitulasi Jerusalem yang berakhir pada tahun 638, tanpa mengingat pembantaian di Mamilla satu generasi sebelumnya. Namun seperti pada awal tadi disebutkan, bahwa sejarah sengaja dikubur agar dilupakan.

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/58/Mamilla_Pond%2C_Israel.jpg

Mamilla Pool (2005)

Pengaduan para Patriach, Pendeta dan Pasteur yang merasa tertindas oleh kaum Yahudi di Jerusalem, diceritakan kepada Omar ibn Khattab, pemimpin (khilafah) Islam pada waktu itu.

Kemudian, Patriarch Sofronius menuntut pembebasan wilayah itu, dan penguasa Arab yang dikenal adil dan bijak, Omar ibn Khattab setuju, untuk melindungi rakyat Jerusalem.

Tentara Muslim pun beranjak dan bergerak ke Jerusalem, dipimpin oleh Omar ibn Khattab ra, yang menaiki kuda berwarna putih, hingga akhirnya Jerusalem berhasil dikuasai Muslim pada tahun 638  Masehi dibawah Kekhalifahan Rasyidin.

Menurut Karen Armstrong, mantan biarawati yang menulis buku yang sangat terkenal dan menjadi the best seller di banyak negara karena melalui riset yang sangat dalam dari buku-buku dan transkrip kuno, berjudul “The Holy War”, dituliskan:

The Holy War, by Karen Armstrong,

“Setelah penaklukan Jerusalem, Omar (khilafah Umar bin Khattab, ra) datang ke Jerusalem dengan menaiki kuda putih yang gagah.”

“Ia disambut suka cita oleh para Pastur dan Pendeta Jerusalem, lalu mereka masuk ke Gereja dan berbincang di dalam sana.”

“Saat adzan tanda sholat bagi Muslim tiba, Pastur mempersilahkan Omar untuk sholat di Gereja. Tapi Omar menolak dengan sangat halus.”

“Ia mengatakan, jika saya sholat disini, nanti Gereja ini bisa jadi akan diubah jadi Mesjid oleh pengikut saya, sebagai tanda bersejarah bahwa untuk pertama kalinya saya sholat di Jerusalem. Terimakasih atas penawaran Pastur, saya akan sholat di luar Gereja.”

“Ia melangkah sekitar 100 meter dari Gereja dan sholat ditengah pasir. Dan benar saja, setelah ia selesai sholat dan beranjak, tempat dimana ia sujud menyembah Tuhan Yang Esa segera ditancapkan sebuah pedang oleh pengikutnya sebagai tanda untuk pendirian sebuah Mesjid.”

“Semenjak dikuasai Islam, Jerusalem menjadi kota yang damai dan penuh toleransi selama ratusan tahun. Semua dilindungi dalam hukum Islam dalam keharmonisan dan keadilan. Semua rumah ibadah juga dilindungi, termasuk Gereja dan Sinagong yang tak boleh dihancurkan karena mereka tetap beribadah seperti biasa.” (Karen Armstrong, “The Holy War”)

Untuk lebih jelasnya, Anda dapat melihat video dibawah artikel ini, dari rangkuman buku “The Holy War” yang ditulis oleh Karen Armstrong, mantan biarawati. Cuplikan pada video ini saja tak dapat diunggah ke Youtube karena selalu di banned. Jika Anda dapat mengunduh, silahkan di upload ke Youtube, siapa tahu tidak di banned.

Karen Armstrong, mantan biarawati yang menulis buku “The Holy War” dan menjadi Best Seller di banyak negara. Buku yang ia tulis ini berdasarkan riset dan penelitian mendalam dari bukti-bukti manuskrip, buku-buku kuno, artefak dan sumber-sumber lain yang otentik.

Jerusalem dibawah kekuasaan Islam yang adil dan damai sempat bertahan selama 1.400 tahun, walau pernah diserang oleh tentara salib pada tahun 1099-1187, 1229-1244. Menurut Karen Armstrong, Jerusalem kembali lepas dari Kekhalifahan Islam oleh Crusaders.

Merekalah para Crusaders atau yang dikenal juga sebagai Knights Templar, sebagai asal muasal Freemason musuh para agamais kelak. Mereka yang juga membunuh Muslim, Kristen dan Yahudi dan kemudian menuju Eropa dan membentuk Illuminati. Anda dapat membaca kisah mereka pada artikel sebelumnya: Sejarah Singkat: Asal Muasal Illuminati Yang Sebenarnya

Fakta sejarah yang terlupakan

Sepanjang periode, kuburan Mamilla sempat menjadi pemakaman Islam terbesar di kota Jerusalem, yang berisi jenazah para emir, muftis, sufi, tentara saladin, dan banyak tokoh penting lainnya dari Jerusalem.

Pada tahun 1945, kompleks pemakaman ini diukur Palestina dan luasnya adalah sebesar 450 dunams atau 111 hektar. Pada tahun 2010 semenjak Israel, dikatakan kompleks ini paling luas hanya meliputi area seluas 200 dunams atau sekitar 50 hektar

Batu-batu nisan di kompleks pemakaman Mamilla Muslim Cemetery Jerusalem, 2011.

Akta tanah pada tahun 1938 yang dikeluarkan otoritas Inggris menyebut Mamilla sebagai tanah wakaf secara hukum Islam hanya sebesar 134,5 dunams atau hanya 33 hektar.

Penelitian situs itu menemukan bahwa pemakaman yang tersisa dari masa Bizantium pada masa pra-Islam, secara eksklusif adalah Kristen.

Hal ini menunjukkan bahwa populasi Jerusalem pada zaman Bizantium mungkin hanya terdiri dari orang-orang Kristen. Baru kemudian dikuburkan pula umat Islam pada masa sesudahnya.

Dalam rentang waktu beberapa dekade, Jerusalem beralih dari Bizantium ke pemerintahan Persia, lalu kembali ke kekuasaan Romawi-Bizantium. Identitas wilayah ini sebagai pemakaman Islam baru dicatat oleh penulis Arab dan Persia sejak abad ke-11.

Tempat ini digunakan sebagai situs pemakaman sampai tahun 1927 ketika akhirnya Dewan Muslim Tertinggi (Supreme Muslim Council) memutuskan untuk melestarikannya sebagai situs yang amat bersejarah.

Memang sudah benar, bahwa Jerusalem harusnya dikuasai Islam, karena dengan begitu, semua situs-situs bersejarah dari dua agama lainnya, yaitu Kristen dan Yahudi, pasti juga dipelihara oleh Muslim, karena nabi-nabi besar mereka (umat Islam) juga sama dengan kedua agama Kristen dan Yahudi.

Batu-batu nisan di kompleks pemakaman Mamilla Muslim Cemetery Jerusalem, 2011.

Jadi sudah pasti akan selalu dilestarikan dan dipelihara jika dikuasai umat Muslim dan semua itu sudah terbukti selama ratusan tahun.

Setelah Perang Arab-Israel 1948, wilayah ini dikuasai Yahudi, yaitu zionist Israel. Kini, pemakaman dan properti wakaf lainnya di Jerusalem Barat berada di bawah kendali badan-badan pemerintah Israel.

Maka, situs-situs bersejarah itu oleh zionist Israel justru akan dihancurkan. Suatu hal yang disengaja, agar dilupakan oleh anak cucu dan keturunan umat Kristen, Islam dan Yahudi, dan juga pastinya oleh dunia.

Sejumlah bangunan, jalan dan fasilitas umum lainnya, seperti taman, tempat parkir dan WC umum, sejak dibangun di atas lahan pemakaman, membuatnya hancur berikut marka kuburan dan makam-makam.

Sebuah rencana di tempat agar dibangun sebuah Museum Toleransi (Museum of Tolerance) di bagian pekuburan yang diumumkan pada tahun 2004 silam, menimbulkan banyak kontroversi dan menghadapi perintah untuk diberhentikan sebelum mendapat persetujuan akhir pada bulan Juli 2011.

Map of Mamilla Pool and Mamilla Muslim Cemetery in Jerusalem.

Penamaan “Mamilla

Nama Mamilla digunakan untuk merujuk kepada pemakaman dan kolam Mamilla yang terletak ditengahnya. Nama itu juga digunakan sebagai nama sebuah gereja yang didedikasikan untuk St. Mamilla yang berada di lokasi yang sama, di awal masa Bizantium dan Islam.

Mamilla disebut-sebut sebagai pemakaman Islam pada awal abad ke-11 dalam perihal status (agama) Jerusalem, sebuah risalah yang ditulis oleh Abu Bakr bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Wasiti, pengkhotbah Masjid Al Aqsa pada tahun Islam 410 Hijriyah atau tahun 1019-1020 Masehi.

Dia menyebut namanya zaytun al-milla , bahasa Arab untuk “pohon zaitun agama”, yang menurut Moshe Gil “adalah distorsi yang biasa digunakan dari nama Māmillā,” bersama dengan bab al-milla (artinya, ” pintu agama “)

Abd al-Ghani al-Nabulsi menulis di al-Haqiqa, berdasarkan perjalanannya ke wilayah tersebut pada tahun 1693-1694 Masehi:

“Dikatakan bahwa nama aslinya adalah Ma’man Illah dan kadang-kadang disebut Bab Illah (Gerbang ke Tuhan), juga disebut ‘Zeitun il-Milla’. Namanya menurut orang Yahudi adalah Beit Milo dan orang-orang Kristen menyebutnya Babilla, tapi diketahui oleh orang-orang kebanyakan dan secara umum sebagai Mamilla.” (Abdul Ghani ibn Ismail an-Nabulsi, “al-Haqiqa”)

Abdul Ghani ibn Ismail an-Nabulsi adalah seorang penyair dan penulis prosa asal Syria. Dia lahir di Damaskus tanggal 19 Maret 1641 dan meninggal pada 5 Maret 1731.

Gambaran serupa muncul di buku James Turner Barclay’s The City of the Great King (1857) dan dia memberi arti Ma’man Illah (atau Ma-min-ullah, saat dia mentranskripsikannya) dan jika diterjenahkan memiliki arti sebagai “Apa yang diberikan Tuhan”.

Pada masa kini kota tua Jerusalem dibagi menjadi empat bagian, seperempat bagian dikuasai Islam, seperempat bagian dikuasai Nasrani (Kristen), seperempat bagian dikuasai Kristen Armenia, dan seperempat bagian dikuasai Yahudi, dan lokasi Kolam Mamilla (Mamilla Pool) pada masa kini berada paling dekat dari bagian wilayah yang dikuasai Nasrani (Kristen), yaitu hanya berjarak sekitar 600 meter ke sebelah barat.

Kolam Mamilla (Mamilla Pool) adalah salah satu sumber air bagi penduduk Jerusalem sejak masa lalu. Pada masa kini di tahun 200-an, air di Kolam Mamilla sudah kering, menyisakan batuan yang retak-retak, ditumbuhi semak-semak dan menjadikannya seperti kolam renang besar yang kosong.

Kini, “saksi bisu” tersebut sengaja diabaikan, ditumbuhi semak-semak dan tak terurus. Bahkan akan dijadikan Museum Toleransi (Museum of Tolerance) dimana pada masa itu justru tak ada toleransi. Saksi bisu sengaja ditelantarkan, agar digusur, dikubur, dihancurkan, dibangun bangunan baru, agar peristiwa pada masa lalu dilupakan…. untuk selama-lamanya.

(©IndoCropCircles.com / sumber: wikipedia, Jerusalem Post, uprootedpalestinians dan sumber lainnya)

Pustaka:

 


Mamilla Pool / Kolam Mamilla (2017). Tampak latar belakang batu-batu nisan Mamilla Cemetery / Pemakaman Mamilla.

Mamilla Cemetery / Kompleks Pemakaman Mamilla (2017)

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5e/Jerusalem_Mamilla_cemetery_mausoleum_north.jpg/450px-Jerusalem_Mamilla_cemetery_mausoleum_north.jpg

Makam Emir Aidughdi Kubaki di kompleks pemakaman Mamilla.


VIDEO:

(Video via Facebook / Banned on Youtube) The Holy War – Karen Armstrong (Download Video):


Facebook Video – [DOCUMENTARY] This is Jerusalem Palestine in 1896:


Mamilla Pool and Mamilla Muslim Cemetery Jerusalem:

Mamilla Pool, Jerusalem:


Artikel Lainnya:

Sejarah Singkat: Asal Muasal Illuminati Yang Sebenarnya

Pembantaian Glodok” Tahun 1740 (Tragedi Angke / Geger Pacinan)

Tragedi Tanjung Priok 1984: Pembantaian Kaum Muslimin Oleh ABRI

Fenomena Misterius: Pembantaian 8000 Sapi Gemparkan Gedung Putih AS

Ketika Mereka Membunuh Sepuluh Juta Rakyat Afrika, Mereka Tidak Dijuluki ‘Hitler’

Lebih Dari 2000 Tewas: Tsunami Ambon dan Pulau Seram 1674

Rabi Israel Klaim Kelahiran Bintang Tahun 2022 Ini Adalah Kedatangan Mesiah


https://wp.me/p1jIGd-8D9

((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))

Pos ini dipublikasikan di Arkeologi Dunia, Konspirasi Perang dan tag , , , . Tandai permalink.

Satu Balasan ke Makam Kolam Mamilla: Saksi Bisu Pembantaian Ribuan Kristen Oleh Yahudi

  1. super greAT berkata:

    apakah berarti islam akan selalu kalah hingga menang di hari akhir?

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.