Gunung Timau di Nusa Tenggara Timur:
Akan Jadi Pusat Sains Antariksa Terbesar Di Asia Tenggara!
LAPAN atau Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Indonesian National Institute of Aeronautics and Space) bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung, Universitas Nusa Cendana, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Pemprov NTT dan Pemerintah Kabupaten Kupang akan membangun sebuah kompleks Observatorium Nasional Timau (Obnas Timau), di daerah Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di kawasan pegunungan Timau di NTT itu, nantinya tak hanya dibangun kompleks Observatorium saja, namun juga membangun sebuah ‘Pusat Sains’ di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang sebagai pusat studi.
Pembangunan kompleks Observatorium Nasional Timau oleh LAPAN yang bekerja sama dengan beberapa instansi terkait tersebut, dimulai pada 2017 dan diperkirakan sudah mulai beroperasi pada 2019.
Spesifikasi Observatorium Nasional Timau di Kupang, NTT
- Lokasi : Kawasan Hutan Lindung Gunung Timau, Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupateng Kupang, NTT
- Ketinggian: 1300 m
- Keunggulan:
1. Dekat dengan khatulistiwa.
2. Memiliki kondisi iklim dan cuaca yang cocok untuk pengamatan astronomi.
3. Jauh dari hunian dan pemukiman penduduk, dan berada dalam kawasan cagar alam atau kawasan lindung dan dibangun dengan izin khusus.
4. Menempati kawasan inti 47 hektar dan kawasan buffer 330 hektar, mencakup kawasan hutan lindung.
- Peralatan yang terdapat dalam observatorium:
1. Teleskop dengan aperture 3.5 meter dalam dome (kubah).
2. Teleskop dengan aperture 1.2 meter dalam dome (kubah).
• Array teleskop Optik, terdiri dari:
– Empat teleskop diameter 50 cm
– Empat teleskop diameter 30 cm diletakkan satu gedung dengan atap geser.
• Teleskop surya, terdiri dari:
– Tiga teleskop berdiameter 50 cm untuk pengamatan multi panjang gelombang dan resolusi tinggi.
• Teleskop special purposes:
– Terurtama untuk pengamatan patroli NEO mengikuti spesifikasi program, misalnya ATLAS, PanStarss, dan lainnya.
Gunung Timau jadi pusat perhatian para peneliti dunia
Kawasan di sekitar Gunung Timau yang terletak di wilayah Kecamatan Amfoang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, nantinya akan menjadi salah satu pusat perhatian para peneliti dunia, terutama di bidang astronomi.
Hal itu dikarenakan pada kawasan ini masih jauh dari polusi udara hingga masih dapat melihat Tata Surya dan keseluuhan langit dari segala penjuru, baik belahan langit utara (northern hemisphere) maupun belahan langit selatan (southern hemisphere).
Oleh karenanya, Observatorium Nasional Timau di Kupang, di Nusa Tenggara Timur ini akan memiliki daya tarik tersendiri bagi para peneliti dunia untuk melakukan penelitian tak hanya Tata Surya, namun juga tentang jagat alam semesta.
Kawasan Gunung Timau yang terletak sekitar 65 kilometer arah timur laut Kupang ini memiliki topografis yang bergelombang dan terjal, dengan bentangan kawasan hutan mulai dari ketinggian 200 meter di atas permukaan laut dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti hutan Eucalyptus urophylla dan hutan semi awet hijau.
Pada daerah yang lebih rendah di pegunungan Timau, ditutupi oleh hutan savana yang ditumbuhi oleh beberapa spesies tumbuhan dan pohon, seperti Eucalyptus alba, Casuarina junghuhniana, dan regenerasi hutan semi-luruh daun (setengah rontok).
Kawasan di daerah Gunung Timau ini juga mencakup hutan-hutan yang memiliki dataran rendah terbaik dan terluas di Pulau Timor bagian barat, provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kawasan pegunungan Timau seluas sekitar 15.000 hektare itu, berada pada titik koordinat 09°34′47.5″S (LS) – 123°56′20.1″E (BT), dengan ketinggian 500 – 1.774 meter di atas permukaan laut.
Kawasan Timau tidak dimiliki Observatorium di negara lain
Kehadiran Observatorium nasional di kawasan pegunungan Timau akan didukung dengan pembuatan “Taman Nasional Gelap” dimana para peneliti maupun masyarakat dapat melihat Tata Surya dari dua bagian, belahan langit utara dan belahan langit selatan.
Ini yang menjadi kelebihan dari Observatorium nasional di pegunungan Timau dan kondisi seperti ini tidak dimiliki Observatorium di negara lain.
Observatorium yang dimiliki Australia, misalnya, hanya dapat melihat Tata Surya dari bagian langit selatan (southern hemisphere), sedang Observatorium Jepang dan Amerika hanya dapat melihat Tata Surya dari bagian langit utara saja (northern hemisphere).
Sedangkan observatorium di pegunungan Timau, bisa melihat Tata Surya dari bagian utara maupun selatan.
Kelebihan itulah yang mendorong LAPAN untuk membangun observatorium disana. Pihak LAPAN juga akan membangun ‘Pusat Sains’ di Desa Oelnasi, Tilong, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang sebagai pusat studi.
Pemerintahan Bupati Kupang sangat mendukung langkah LAPAN yang akan membangun pusat observatorium di pegunungan Timau, karena selain lapangan pekerjaan, juga membawa dampak positif terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Kupang.
Kondisi cakrawala yang masih terlihat cerah
Observatorium yang akan dibangun LAPAN di pegunungan Timau itu, memiliki fungsi prioritas untuk penelitian ke-antariksaan, termasuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di kawasan timur Indonesia.
Observatorium Nasional di Timau ini dibangun karena observatorium di Boscha, Lembang, sudah kurang layak untuk penelitian astronomi, karena di sana sudah banyak polusi cahaya
Untuk kegiatan studi kelayakan, LAPAN sudah mengajukan anggaran Rp. 9 miliar. Untuk membangun Observatorium tersebut, LAPAN mengusulkan penganggaran sebesar Rp300 miliar untuk menyelesaikan pembangunan hingga tahun 2019.
Lokasi di pegunungan Timau itu dinilai strategis, karena kondisi cakrawala masih sangat cerah, lokasinya masih jauh dari perkotaan sehingga polusi cahayanya masih minim, dan mudah memantau berbagai benda langit. Selain itu, daerah pegunungan Timau ada di wilayah NTT yang musim keringnya panjang, sehingga ideal untuk pengamatan astronomi.
Observatorium terbesar di Asia Tenggara
Observatorium ditargetkan sudah bisa digunakan pada 2020. Lembaga LAPAN sudah memasukkan pembangunan Observatorium Nasional dalam Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan 2015-2039.
Observatorium akan memiliki teleskop yang berdiameter 3,8 meter, dibangun di area seluas 30,25 hektare yang dipastikan akan menjadi observatorium terbesar di Asia Tenggara. Selain membangun observatorium, LAPAN akan membangun pusat sains di Kabupaten Kupang.
Keberadaan observatorium di Indonesia timur, diharapkan mendorong perkembangan IPTEK dan pendidikan. Kunjungan akan bertambah, tidak hanya dalam negeri tetapi internasional. Diharapkan interaksi peneliti dapat memacu perkembangan IPTEK.
LAPAN akan mengoperasikan observatorium itu dan mengembangkannya sebagai pusat sains yang terbuka untuk publik. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa science dan teknologi untuk praktek di lapangan.
Tempat ini akan dapat diakses oleh masyarakat, pelajar serta mahasiswa, dan menjadi edukasi terkait keantariksaan. Sementara Observatorium Bosscha akan tetap dijadikan observatorium penelitian dan pendidikan.
Saat ini, Indonesia memiliki beberapa observatorium, seperti Observatorium dan Planetarium di Taman Ismail Marzuki Jakarta, Observatorium Bosscha di Lembang, dan Observatorium Taman Pintar Yogyakarta. Semuanya saat ini masih beroperasi dan dibuka untuk publik.
Tim survei untuk pembangunan fasilitas astronomi nasional ini, yang terdiri dari LAPAN, ITB, dan Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, sudah mengunjungi calon lokasi observatorium di Gunung Timau beberapa kali.
Di lokasi yang berada di kordinat 09°34′47.5″S 123°56′20.1″E itu, hanya dengan mata telanjang saja, gugusan bintang di pusat galaksi Bima Sakti bisa terlihat jelas, apalagi nanti jika sudah ada teleskop yang berdiameter 3,8 meter. Pastinya lebih sangat menakjubkan. Wow! (©IndoCropCircles.com / berbagai sumber)
VIDEO:
Video Facebook: Rencana Pembangunan Observatorium Nasional Timau di NTT / (lihat via Youtube):
Video Facebook: Ekperimen bentuk Bumi bulat bukan bentuk kubus:
Artikel Lainnya:
Star Map Found in Kupang Indonesia (Ditemukan Batu Tua Misterius di N.T.T. Bergambar Simbol UFO)
Masih ada komunitas yang percaya: Bumi ini Datar, Bukan Bundar!
Bumi Bulat Atau Datar? Wilbur Glenn Voliva, Pendukung Terkemuka Teori Bumi Datar
Teori Bumi Datar: Bumi Bundar Atau Datar?
Fakta-Fakta Menarik Seputar Astronomi
Galaksi Bimasakti Terancam Ditabrak Awan Raksasa!
Wow! Cahaya Misterius Terdeteksi di Pusat Galaksi Bimasakti
Ditemukan: Gugus Galaksi Raksasa Terbesar Sejagad Raya!
Ini Dia, Foto 219.000.000 Bintang di Galaksi Bimasakti Yang Berhasil Dipetakan
Ada Berapa Planet di Galaksi Bimasakti? 160 Milyar!
Di Galaksi Bimasakti Saja, Planet Mirip Bumi Berjumlah 17 Miliar!
Ilmuwan Temukan Gelembung Energi Misterius di Galaksi Bimasakti
Hebat! Astronom Temukan Jalan Keluar Dari Pusaran Blackhole
Stellar-Mass “Blackhole” Terbaru di Galaksi Kita
Astronomer Terkejut: Objek Alien Misterius Pertama Kali Masuk Tata Surya!
Ilmuwan “Panen” Planet: Ditemukan Lebih Dari 50 Planet Ekstrasurya Baru
Beberapa Nama Indonesia Yang Sudah Tertera di Langit
Gunung Timau NTT, Pusat Sains Antariksa Terbesar Di Asia Tenggara!
((( IndoCropCircles.com | fb.com/IndoCropCirclesOfficial )))