[Perang Panglima] Konspirasi Kudeta Militer 1998: Ada Pergerakan “Pasukan Liar” di Kediaman Presiden Habibie, Siapa Yang Mengerahkan? Prabowo Atau Wiranto?
Sejarah kelabu negeri ini pernah terjadi di tahun 1998 silam. Ketika, Soeharto, presiden kala itu terpilih untuk kesekian kalinya. Masyarakat yang selama ini diam, menyimpan bara. Terjadilah amuk massa masif, terutama di wilayah Jawa.
Sebuah tuntutan agar Soeharto lengser didengungkan. Hampir setiap hari, kala itu, demonstrasi terus digelar. Tuntutannya satu: Soeharto turun dari tampuk kekuasaan. Dan ujungnya, 13-14 Mei 1998. Demontrasi besar-besaran di gelar di Jakarta. Hari itu Jakarta mencekam. Dan kerusuhan pun meletus.
Pada acara Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) 18 Desember 2012 lalu, Prabowo menyampaikan pernyataan yang cukup mengagetkan:
“Saya Letnan Jendral mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat yang hampir Kudeta, Menyesal juga saya nggak jadi Kudeta”
Pernyataan ini mungkin disampaikan tanpa ada niat sungguh-sungguh dari Prabowo, tapi pernyataan itu mengingatkan kita akan luka sejarah yang pernah terjadi di negeri ini.
Luka sejarah itu terjadi ketika peristiwa peralihan kekuasaan dari rezim Soeharto yang digulingkan setelah tiraninya menguasai negeri ini selama 32 tahun lamanya. Kemudian, pucuk kekuasaan pun beralih kepada wakil presiden BJ.
Habibie yang kemudian menggantikan Suharto, menjadi Presiden Republik Indonesia. Namun pada kenyataannya dulu, posisi jabatan itu “menggiurkan” petinggi lainnya dan berusaha “mengambil-alih” kekuasaannya yang hingga saat ini masih penuh tanda tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Dua Praduga Tuduhan kepada Pangkostrad Letjen Prabowo
Dalam sejarah yang tercatat di pikiran masyarakat Indonesia, Prabowo terkena dua tuduhan serius di era peralihan kepemimpinan di tahun 1998.
Tuduhan yang pertama, Prabowo disangka menjadi dalang kerusuhan yang terjadi di bulan mei 1998 yang banyak merengut nyawa dan terjadinya penjarahan, Kerusuhan yang sangat terindikasi melibatkan konflik yang terjadi di internal tubuh ABRI.
Bahkan Presiden Habibie membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk mencari keterlibatan Prabowo dalam kerusuhan 1998. Hingga sampai saat ini hasil dari temuan TGPF tidak pernah disampaikan ke masyarakat luas secara jelas, apa dan seberapa besar keterlibatan Prabowo pada kerusuhan yang terjadi di tahun 1998 itu.
Tuduhan yang kedua, Prabowo dicurigai akan mengambil alih paksa kekuasaan pasca tergulingnya Presiden Soeharto dari kekuasaan yang digantikan oleh Presiden Habibie.
Kecurigaan itu berawal dari laporan Panglima ABRI yang saat itu dijabat oleh Jendral Wiranto melapor ke Presiden Habibie bahwa ada konsentrasi pergerakan pasukan Kostrad dibawah komando Prabowo di sekitar kediaman Habibie, Yang kemudian disimpulkan tindakan Prabowo itu upaya untuk melakukan Kudeta.
Pergerakan pasukan Prabowo ini sangat dicemaskan oleh Presiden Habibie, karena Prabowo sebagai Panglima Kostrad membawahi pasukan sebanyak 11.000 personel tentara yang oleh Presiden Habibie disikapi dengan memerintahkan Wiranto untuk memberhentikan Prabowo sebagai Pangkostrad dan diganti dengan Pangkostrad yang baru agar bisa menarik mundur pasukan kostrad yang sudah memasuki kota Jakarta pada waktu itu.
Keputusan pemberhentian oleh Habibie inilah yang menyulut kemarahan Prabowo, ia menapik tuduhan akan melakukan Kudeta terhadap Kepemimpinan Presiden Habibie.
Sebaliknya, Prabowo justru beralasan bahwa pengerahan pasukan Kostrad di sekitar rumah Habibie adalah atas perintah Wiranto sebagai Panglima ABRI untuk mengamankan Presiden Habibie.
Kronologi “Gerakan Pasukan Liar” di Kediaman Presiden Habibie tahun 1998
Pergantian pucuk pimpinan negara dari Presiden Soeharto kepada Habibie berujung pada pencopotan Letjen Prabowo Subianto dari posisi Pangkostrad.
Saat itu 22 Mei 1998, Habibie yang baru satu hari dilantik menjadi Presiden RI memiliki segudang masalah untuk diselesaikan, utamanya adalah ekonomi dan keamanan. Kondisi Ibu Kota Jakarta saat itu mencekam dan tidak menentu. Bahkan, pengerahan pasukan militer saat itu seakan kurang terkoordinasi.
Saat baru tiba di Istana Negara, Presiden Habibie mendapat laporan dari Menhankam/Panglima ABRI Jenderal Wiranto soal adanya pergerakan pasukan Kostrad dari luar daerah menuju Jakarta.
Bahkan, Jenderal Wiranto dalam laporannya saat itu menyatakan ada konsentrasi pasukan tak dikenal di kediaman Presiden Habibie di Patra Kuningan, Jakarta dan di Istana Merdeka.
“Dari laporan tersebut, saya berkesimpulan bahwa Pangkostrad (Letjen Prabowo Subianto) bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Pangab (Jenderal Wiranto),” kata Habibie dalam buku ‘Detik-detik Yang Menentukan’ karya Bacharuddin Jusuf Habibie, terbitan THC Mandiri (lihat buku online atau download versi PDF format ZIP atau download PDF) setebal 574 halaman itu.
Habibie sontak terkejut mendengar laporan tersebut. Dalam benaknya muncul berbagai pertanyaan dan praduga.
Tak butuh waktu lama, Habibie saat itu juga langsung memerintahkan Jenderal Wiranto untuk mencopot Letjen Prabowo dari posisi Pangkostrad (Panglima Komando Strategi Angkatan Darat), sebelum matahari tenggelam.
Jenderal Wiranto lantas melaporkan juga kepada Presiden Habibie bahwa sang istri, Ainun Habibie, beserta anak dan cucu telah diamankan prajurit ABRI menuju Wisma Negara. Hal itu dilakukan untuk menjamin keamanan keluarga presiden karena banyaknya pasukan tak dikenal yang berkeliaran kala itu.
“Saya bertanya kepada diri saya, ‘Mengapa keluarga saya harus dikumpulkan di satu tempat? Apakah tidak lebih aman jikalau anak-anak dan cucu-cucu saya tinggal di tempatnya masing-masing dan dilindungi oleh Pasukan Keamanan Presiden? Mengapa harus dikumpulkan di satu tempat,” kata Habibie dalam hati.
Selang berapa jam kemudian, Letjen Prabowo datang menemui Presiden Habibie di Istana Negara. Prabowo menanyakan soal pencopotannya. Dalam pertemuan itu, Presiden Habibie menanyakan soal pergerakan pasukan dari luar Jakarta menuju Istana Merdeka dan Kediamannya.
“Saya bermaksud untuk mengamankan presiden,” jawab Prabowo.
Namun jawaban Prabowo itu dibantah Presiden Habibie. Menurutnya, keamanan presiden menjadi tanggung jawab Paspampres, bukan Kostrad. Namun Prabowo berkata :
“Atas nama ayah saya, Prof Soemitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya Presiden Soeharto , saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad,” kata Prabowo.
Namun Habibie menjawab dengan nada tegas:
“Tidak! Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad harus sudah diganti dan kepada penggantinya diperintahkan agar semua pasukan di bawah komando Pangkostrad harus segera kembali ke basis kesatuan masing-masing, dan saya bersedia mengangkat anda menjadi duta besar di mana saja!”,” kata Habibie.
“Yang saya kehendaki adalah pasukan saya!” jawab Prabowo.
“Ini tidak mungkin, Prabowo,” tegas Habibie .
Ketika perdebatan masih berlangsung seru, Habibie kemudian menuturkan bahwa Letjen Sintong Panjaitan masuk sembari menyatakan kepada Prabowo bahwa waktu pertemuan sudah habis.
“Jenderal, Bapak Presiden tidak punya waktu banyak dan harap segera meninggalkan ruangan,” kata Letjen Sintong Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai penasihat militer presiden.
Setelah itu Prabowo menempati posisi baru sebagai Komandan Sekolah Staf Komando (Dansesko) ABRI menggantikan Letjen Arie J Kumaat.
Prabowo mengisahkan serah terima jabatan dilakukan secara sederhana dan tertutup.
“Belum pernah ada perwira tinggi dipermalukan institusinya, seperti yang saya alami,” kata Prabowo. Selanjutnya, Prabowo harus menjalani sidang Dewan Kehormatan Perwira.
Prabowo disinyalir terlibat dalam penculikan aktivis saat masih menjabat sebagai Danjen Kopassus. 15 Perwira tinggi bintang tiga dan empat mengusulkan ke Pangab agar Prabowo dipecat.
“Saya paham, dewan ini sudah bersidang dengan susah payah selama sebulan dan orang-orangnya berpengalaman. Maka, saya (acc) setuju,” kata Wiranto .
Dalam judul buku : Habibie, Prabowo, dan Wiranto Bersaksi, (download versi DOC atau PDF) yang ditulis oleh Asvi Warman Adam dan Tim Kick Andy menyatakan:
“Buku-buku yang ditulis Habibie, Wiranto, Fadli Zon dan Kivlan Zen (termasuk satu bagian dari buku Sumitro Djojohadikusumo yang membela putranya) boleh dikatakan sebagai buku putih yang mencoba menjelaskan posisi tokoh yang bersangkutan, membela diri, dan menjelaskan kehebatan masing-masing. Namun di sisi lain, buku itu juga mencari kambing hitam pada orang lain.” (DR. Asvi Warman Adam, sejarawan dan ahli peneliti utama LIPI)
Asvi Warman Adam menyebutkan bahwa telah terjadi perdebatan Pangkostrad Prabowo dengan Presiden Habibie dikala itu :
“Dia mengatakan kepada saya waktu itu – tepatnya kami berdebat, “Anda ini presiden apa? Anda presiden naif!” Saya jawab, “Masa bodo. Yang penting saya presidennya. Saya yang menentukan. Titik!.” (B.J. Habibie, mantan presiden RI, tentang Prabowo)
Maka, Presiden Habibie pun menolak permintaan Pangkostrad Letjen Prabowo untuk menunda pencopotannya. Di dalam bukunya pula, mantan presiden Habibie yang dikala itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia menyatakan alasan pencopotan Prabowo.
Semua itu Habibie lakukan dikarenakan adanya pengerahan pasukan dari daerah menuju ke Jakarta yang dilakukan Letjen Prabowo tanpa koordinasi dengan Menhankam / Pangab Jenderal Wiranto.
Hal itu sangat tidak baik saat itu, karena disaat kondisi Republik yang masih genting, perbuatan Prabowo itu dapat mempengaruhi komandan lain untuk berbuat sendiri-sendiri, tanpa koordinasi.
“Bukankah kemarin pada Rabu pagi tanggal 20 Mei 1998 saya telah sampaikan kepada Pangab bahwa saya tidak akan menerima kepala staf angkatan termasuk Pangkostrad sendiri-sendiri tanpa sepengetahuan atau permohonan Pangab? Ini berarti gerakan pasukan dari Kostrad tanpa sepengetahuan Pangab, tidak boleh saya tolerir,” kata Habibie .
Namun menurut Prabowo lain lagi, ia menyatakan:
“Dalam pertemuan hari Jumat, 22 Mei 1998, beliau bicaranya seperti itu, bahwa Pak Harto yang minta. Tapi waktu di Hamburg, beliau mengatakan negara superpower yang meminta.” (Prabowo Subianto, tentang keputusan Habibie mencopotnya dari jabatan Pangkostrad)
Sedangkan Wiranto lain lagi, ia menyatakan:
“Yang mampu atau yang mungkin melakukan kudeta hanyalah pangab. Saya sendiri.” (Jenderal (Purn) Wiranto, mantan Panglima TNI)
Sementara itu, berdasarkan kesaksian penasihat militer Presiden Habibie, Letjen (Purn) Sintong Panjaitan, situasi di jalan depan rumah Habibie di Patra Kuningan saat itu sangat sumpek karena banyaknya prajurit ABRI. Anggota Kopassus dan Paspampres kala itu berjubel di jalan yang lebarnya hanya sekitar 6 m.
Saat itu Paspampres meminta agar personel Kopassus mundur dari area kediaman Presiden Habibie. Namun, personel korps baret merah itu menolak.
Mereka hanya mau pindah jika mendapat perintah langsung dari komandannya yang saat itu adalah Danjen Kopassus Mayjen Muchdi PR. Saat itu mereka hanya menuruti perintah agar mengamankan presiden.
Paspampres yang kala itu di bawah komando Mayjen TNI Endriartono Sutarto pun gusar. Pasalnya, saat itu mereka hanya dibekali peluru hampa. Sementara, personel Kopassus saat itu dilengkapi peluru tajam.
Mayjen Endriartono kemudian menghubungi Letjen Sintong Panjaitan meminta agar segera dikirimkan peluru tajam.
Letjen Sintong kemudian menghubungi bekas anak buahnya yang saat itu menjabat sebagai Wadanjen Kopassus, Brigjen Idris Gasing. Letjen Sintong meminta agar Brigjen Idris segera menarik pasukannya dari kediaman Presiden Habibie.
“Gasing coba perbaiki dulu posisi pasukanmu. Pasukan yang di sini tarik ke sana dan yang di sini tarik ke situ. Kalau perlu adakan koordinasi dengan Kodam Jaya agar semua dapat berjalan lancar,” kata Letjen Sintong Panjaitan dalam buku ‘Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO’ (lihat buku online atau download PDF) terbitan Kompas.
Brigjen Gasing lantas bertanya situasi saat itu. “Komandanmu (Mayjen Muchdi PR) sedang sibuk menghadapi penggantian jabatan. Tarik pasukanmu malam ini juga. Kalau terjadi apa-apa, nanti kau yang disalahkan,” jawab Letjen Sintong.
Brigjen Gasing lantas melaksanakan perintah Letjen Sintong. Dia langsung berkoordinasi dengan Panglima Kodam Jaya, Mayjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin. Akhirnya, sebagian personel Kopassus itu ditarik kembali ke Serang, Jawa Barat dan sebagian lagi ke Kartosuro, Jawa Tengah.
Menurut Jenderal kepercayaan Prabowo soal Kerusuhan dan Isyu Rencana Kudeta 1998
Walau sejumlah pihak menuding Letnan Jenderal (Letjen) Prabowo Subianto sebagai otak kekacauan di Jakarta. Tetapi ada juga yang menilai kerusuhan tersebut direncanakan oleh Jenderal Wiranto. Hal ini diceritakan oleh Mayor Jenderal (Mayjen) Kivlan Zen dalam bukunya bertajuk ‘Konflik dan Integrasi TNI-AD’ (download versi PDF).
Kivlan menilai seharusnya Jenderal Wiranto tak perlu meninggalkan Jakarta. Terlebih kepergiannya hanya untuk menjadi Inspektur Upacara dalam rangka serah terima tanggung jawab Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) di Malang pada hari Kamis tanggal 14 Mei 1998. Padahal saat itu Jakarta sudah genting. Pembakaran dan kerusuhan terjadi di mana-mana.
“Serah terima tanggung jawab PPRC ABRI dari Divisi I Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) kepada Divisi II Kostrad walaupun Pangkostrad (Panglima Kostrad) Letjen Prabowo Subianto telah menyarankan agar tidak usah berangkat ke Malang,” tulis Kivlan pada halaman 85 di buku terbitan Institute for Policy Studies tahun 2004 itu.
Prabowo menilai hal ini tidak penting karena Kivlan telah menyiapkan perpindahan itu semenjak Maret tahun 1998. Kala itu Kivlan masih menjabat Panglima Divisi II Kostrad di Malang. Selain itu, menurut Kivlan, kekeliruan yang dilakukan oleh Wiranto adalah tidak memberikan izin Mabes ABRI untuk meminjamkan pesawat Hercules untuk membawa pasukan Kostrad dari Jawa Timur dan Makassar ke Jakarta.
“Karena Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin sebagai Pangdam Jaya kekurangan pasukan dan meminta ke Kostrad, maka Kostrad menyiapkan pasukan tersebut,” tulis Kivlan.
Karena tidak mendapatkan ijin dari Mabes ABRI, maka dengan menggunakan biaya pribadi Prabowo menyewa pesawat milik Mandala di Makassar dan pesawat milik Garuda di Surabaya. Hal ini dilakukan karena keadaan mendesak. Pasukan inilah yang dinilai Habibie sebagai “pasukan liar” dan bisa membahayakan. Sejumlah kalangan bahkan menuding Prabowo hendak melakukan kudeta.
Kivlan mencatat setidaknya ada dua kekeliruan Wiranto dalam strategis militer selama menjadi Jenderal. Pertama adalah meninggalkan tempat dalam keadaan gawat dan kedua, tidak menggunakan pasukan cadangan di saat genting.
Menilai tidak bertanggungjawabnya Wiranto, maka beberapa pihak memutuskan untuk bertemu dengan Prabowo di Markas Kostrad pada malam harinya. Setiawan Djodi, Adnan Buyung Nasution, Bambang Widjoyanto, Willibrordus Surendra Broto Rendra yang kerap disapa WS Rendra, Fahmi Idris, Maher Algadri, Hashim Djojohadikusumo, Amran Nasution, Din Syamsuddin, Fadli Zon, Amidhan, Iqbal Assegraf, Hajriyanto Thohari, Kolonel Adityawarman dan Kivlan sendiri.
Kedatangan mereka adalah meminta Prabowo untuk mengambil alih keamanan, seperti yang dilakukan oleh mertuanya, Soeharto pada tahun 1965 yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad. Namun permintaan itu tidak langsung di-iya-kan oleh Prabowo. Sebabnya, dia menilai situasi tahun 1965 dan 1998 sangat berbeda.
“Masih ada Panglima ABRI Jenderal Wiranto , KSAD Jenderal Subagyo HS, Wakil KSAD Letjen Sugiono. Panglima Kostrad berada pada level ke-empat,” terang Kivlan.
Namun kenyataan berkata berbeda. Karena Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) justru menyimpulkan bahwa pertemuan di Markas Kostrad tersebut sebagai rapat untuk merancang kekacauan di Jakarta. Kivlan menilai TGPF melupakan hal terpenting dalam menyimpulkan pertemuan tersebut.
Berikut merupakan sedikit informasi berita tentang apa yang tengah terjadi pada waktu itu, yang dilansir dari media online Kompas, 16 Mei 1998, mengenai ratusan penjarah yang tewas terpanggang dan kondisi Jakarta saat itu :
“Ratusan penjarah tewas terpanggang dalam peristiwa kerusuhan yang melanda Wilayah DKI Jakarta sepanjang Kamis (14/5). Menurut Kadispen Mabes Polri Brigjen (Pol) Drs Da’i Bachtiar, Jumat, jumlah korban yang tewas di wilayah DKI saja sekitar 200 orang. Jumlah itu belum termasuk 20 korban tewas akibat terjatuh saat berusaha meloloskan diri dari kepungan asap dan api.”
“Sedangkan di Kotamadya Tangerang, jumlah penjarah yang tewas terpanggang sekitar 100 orang. Jasad-jasad para korban sebagian besar dalam keadaan hangus.” (dari Media Online Kompas, 16 Mei 1998).
Perang Panglima
Rivalitas, katakanlah begitu antara Wiranto dengan Prabowo menyiratkan persaingan keduanya untuk memperebutkan simpati Presiden Soeharto ketika itu. Meski kalangan militer membantah hal tersebut, namun beberapa fakta menunjukkan ke arah itu.
Ketika Wiranto menjabat Pangab, ada beberapa usulan Prabowo yang dimentahkannya. Misalnya Prabowo ingin Kopassus mempunyai pasukan tank dan penerbang.
Jenderal Wiranto, seperti dalam bukunya ”Bersaksi di Tengah Badai” tahun 2003 mengatakan jika Kopassus punya tank dan pesawat, pasukan ini akan kehilangan kekhususannya.
Soal tank, biarlah pasukan kavaleri yang memilikinya, sedangkan pesawat, itu urusan Penerbad.
Sudah menjadi rahasia umum di kalangan ABRI waktu itu, bahwa Kopassus di bawah Prabowo benar-benar memiliki sistem persenjataan yang mutakhir. Konon, setiap senjata modern yang dimiliki pasukan elite asing, juga harus dipunyai Kopassus.
Wiranto Tegur Prabowo
Wiranto sendiri tak pernah mengakui adanya rivalitas antara dirinya dengan Prabowo. Misalnya, Wiranto setuju ketika Prabowo yang relatif sangat muda, 46 tahun, sudah berbintang dua, dipromosikan menjadi Pangkostrad dengan pangkat Letjen.
Padahal waktu itu masih banyak rekan seangkatan Prabowo (Akabri 74) berpangkat colonel bahkan mungkin Letkol. Perwira yang juga menonjol waktu itu adalah Pangdam Jaya Mayjen Safrie Sjamsoeddin, keduanya satu angkatan di Akabri Darat.
Apakah langkah saya ini merupakan tindakan orang yang merasa disaingi atau terancam kedudukannya? Kalau demikian halnya, maka saya berangkali termasuk golongan orang yang sangat bodoh, mempromosikan pesaing saya, kata Wiranto kepada Yuddi Chrisnandi, tokoh muda Partai Golkar, dalam bukunya ‘Reformasi TNI Perspektif Baru Hubungan Sipil-Militer di Indonesia’.
Menurut catatan, Prabowo dan Sjafrie adalah perwira yang paling cemerlang saat itu. Keduanya masuk dalam pasukan elite Kopassus, bolak-balik ke Timtim. Sjafrie sejak perwira pertama berada di Paswalpres (kini Paspampres, Red) sampai ia menjabat Dan Grup A dengan pangkat kolonel di pasukan tersebut. Karena jabatannya itu, kemanapun Presiden Soeharto pergi, Sjafrie paling jauh hanya dua-tiga langkah dari Presiden.
Ketika Kolonel Sjafrie dipromosikan sebagai Danrem Suryakencana Bogor, Kolonel Prabowo menjadi Wakil Komandan Kopassus.
Keduanya terus beriringan. Prabowo kemudian dipromosikan menjadi Dan Kopassus, berpangkat Brigjen. Sjafrie pun ditarik ke Jakarta menjadi Kasdam. Pangkatnya juga naik menjadi Brigjen.
Sementara itu Kopassus di bawah Brigjen Prabowo terus berkembang baik personel maupun peralatannya.
Jabatan Dan Kopassus diubah menjadi Danjen Kopassus, bintang di pundak Prabowo bertambah satu menjadi Mayjen. Sementara itu Sjafrie pun menjadi Pangdam Jaya berpangkat Mayjen.
Tidak banyak Danjen Kopassus yang langsung dari jabatan itu langsung menjadi Panglima Kostrad. Barangkali cuma dua perwira, yakni Dan Kopassus Brigjen Kuntara dan Mayjen Prabowo.
Biasanya seorang komandan Kopassus harus menjadi Pangdam terlebih dulu, setelah dari Danjen, sebelum dipromosikan menjadi Pangkostrad. Tapi Prabowo memang istimewa ketika itu. Dan, seperti dikemukakan diatas Pangab Jenderal Wiranto tidak mengganjalnya.
Kalangan internal militer tak menganggap isu soal rivalitas antara Wiranto dengan Prabowo sebagai sesuatu hal yang menganggu konsolidasi ABRI. Begitupun dengan dugaan adanya pengelompokan perwira yang pro-Wiranto dan yang pro-Prabowo, tidak memiliki argumentasi yang kuat sebagai indikasi adanya pengelompokan dalam tubuh militer.
Sebagaimana lazimnya, militer saat itu bertindak pro-Wiranto karena jabatannya sebagai Pangab, sedangkan Prabowo mengendalikan pasukan yang ruang lingkupnya lebih kecil, yaitu Kostrad.
Ketika penculikan mahasiswa sekitar Maret-April 1998 yang dilakukan oleh oknum Kopassus, nama Pangkostrad Letjen Prabowo terseret, demikian halnya dengan Danjen Kopassus Mayjen Muchdi PR.
Di dalam kalangan militer sendiri, mungkin banyak yang tidak tahu operasi dan tujuan penculikan tersebut. Jenderal Wiranto kemudian mengeluarkan telegram No. STR/441/1998 tertanggal 20 Maret 1998 yang menginstruksikan jajaran ABRI yang terlibat penculikan itu untuk diproses dan diinstruksikan agar melepas para aktivis yang diculik.
Internal ABRI memperkirakan penculikan itu diketahui oleh Pak Harto sebagai Presiden, meski sejauh mana kebenaran pekiraan itu sulit dibuktikan. Awal Mei 1998, Pangab Jenderal Wiranto di depan Kassospol Letjen Susilo Bambang Yudhoyono, dan Kepala Bais ABRI Mayjen Zacky Anwar Makarim menegur keras Letjen Prabowo.
Menurut Wiranto, Prabowo mengaku penculikan mahasiswa itu atas inisiatifnya
Menurut putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo itu, operasi intelijen yang berbuntut penculikan tersebut sengaja tidak dilaporkan ke atasannya, KSAD atau Pangab, karena dia tidak ingin merepotkan dan melibatkan Mabes ABRI.
Sudah tentu jawaban Prabowo ini mengejutkan Wiranto. Memang, jika muncul adanya dugaan rivalitas diantara kedua perwira tinggi itu, Wiranto lulusan AMN 68 dan Prabowo lulusan Akabri Darat 74, banyak yang mengatakan hal itu untuk memperebutkan kepercayaan dari Pak Harto.
Pada 16 Mei 1998 di Wisma Yani, Menteng, Jakarta, Jenderal Wiranto didampingi Kassospol Letjen Susilo Bambang Yudhoyono dan Assospol Kassospol Mayjen Mardiyanto menerima Ketua Umum NU Gus Dur. Pada pertemuan tersebut, Wiranto mengajak NU untuk membantu upaya ABRI memulihkan konsolidasi nasional dan mencari solusi terbaik menghadapi kemelut yang sedang berlangsung waktu itu.
Dalam kesempatan itu Gus Dur menyatakan dukungannya. Kemudian Wiranto menugaskan Mayjen Mardiyanto untuk membuat pernyataan pers, berisi lima butir. Salah satu butirnya mengatakan NU sangat setuju keinginan Pak Harto untuk lengser keprabon.
Entah bagaimana, konsep pernyataan pers yang belum diteken Jenderal Wiranto itu sampai ke tangan Letjen Prabowo, kemudian disampaikan ke Pak Harto malam hari.
Wiranto menjelang tengah malam mendapat laporan perbuatan Prabowo tersebut. Menurut Wiranto tindakan Prabowo yang sudah di luar jalur norma keprajuritan itu membuat dirinya merasa diragukan kesetiaannya oleh Pak Harto.
Tanggal 17 Mei seusai subuh, Wiranto datang ke Pak Harto di kediaman Jalan Cendana untuk mengklarifikasi laporan Prabowo tersebut. Dari Pak Harto, Wiranto mengetahui secara lengkap apa yang dilaporkan oleh Prabowo.
Tersirat bahwa Wiranto telah berkhianat terhadap Pak Harto. Wiranto menjadi gundah. Dia menyatakan jika Pak Harto sudah tidak lagi mempercayainya, dirinya siap mundur dari jabatan, sambil meyakinkan bahwa apa yang dilaporkan Prabowo tidak benar adanya. Namun Pak Harto menolak permintaan pengunduran diri Wiranto.
Usai diterima Pak Harto, saat mau keluar, Wiranto berpapasan dengan KSAD Jenderal Subagyo HS, Pangkostrad Letjen Prabowo dan Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin. Disitulah Jenderal Wiranto menumpahkan kekesalannya kepada Letjen Prabowo, disaksikan Subagyo dan Sjafrie.
Kemudian Wiranto menanyakan maksud kedatangan mereka satu persatu. Subagyo mengatakan dirinya dipanggil oleh Pak Harto, Prabowo mengaku datang atas inisiatifnya sendiri, sedangkan Sjafrie datang karena kebetulan lewat dan mampir.
Tapi pagi itu, hanya KSAD Jenderal Subagyo HS yang diterima resmi oleh Presiden Suharto.
Dalam pertemuan itu Pak Harto menyatakan ingin mengeluarkan Inpres tentang pemulihan keamanan dengan membentuk lembaga Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Keselamatan Nasional. Pak Harto bertanya apa KSAD siap menerima tugas itu?
Sebaliknya Subagyo pun balik bertanya, bagaimana dengan posisi Jenderal Wiranto, sebagai Panglima ABRI apakah otomatis diganti olehnya? Jika tidak, Subagyo tidak mau. Dia menyarankan agar pemegang atau pelaksana Inpres tersebut harus dipegang oleh pimpinan ABRI sehingga tidak menimbulkan dualisme komando dalam tubuh ABRI.
Perasaan Wiranto menjadi tak menentu atas sikap Pak Harto itu. Apakah ini pertanda menurunnya kepercayaan Pak Harto terhadapnya? Hanya Pak Harto yang tahu. Menurut Wiranto, bagaimana mungkin sebuah komando operasional pemulihan keamanan terpisah dari struktur komando Pangab selaku penanggung jawab keamanan nasional?
Tanggal 18 Mei sore hari, beberapa perwira tinggi menghadap Pak Harto di Cendana, secara terpisah. Hadir Pangkostrad Letjen Prabowo, Pangdam Jaya Mayjen Sjafrie, KSAD Jenderal Subagyo, dan Pangab Jenderal Wiranto.
Masing-masing melaporkan perkembangan situasi sesuai dengan ruang lingkup tugas dan kewenangannya. Tidak ada pesan khusus Pak Harto kepada mereka. Menurut penuturan Mayjen Sjafrie, ia datang ke Cendana hari itu sekitar pukul 15.00.
Juga dipanggil KSAD namun waktunya tidak bersamaan, tempatnya pun beda. Sjafrie tidak tahu apa yang dibicarakan Pak Harto dengan KSAD. Dia hanya disuruh menunggu oleh Pak Harto, sementara Pak Harto ke ruang lain untuk berbicara dengan KSAD.
Saat kembali, Pak Harto bertanya kepada Sjafrie apa yang diketahuinya, Pangdam Jaya itu menjawab cepat dan jelas soal Gus Dur yang menegaskan bahwa NU akan ikut ABRI.
Namun Pak Harto memotongnya, bukan itu yang dimaksud. Coba kamu tanya ke KSAD, perintah Pak Harto. Sjafrie pun menemui Subagyo di ruang lain. Berkumpullah di ruang itu Sjafrie, Subagyo dan Prabowo.
Kemudian datang Wiranto, dan kepada Pak Harto menyerahkan Inpres No.16/1998, yang memberikan kewenangan kepadanya selaku Panglima Operasi Kewaspadaan dan Keselamatan Nasional. Pada saat menyerahkan, tidak ada pesan Pak Harto untuk melaksanakannya. Wiranto pun memutuskan untuk tidak menggunakan Inpres tersebut guna menghindari pertumpahan darah.
Hal ini juga dibicarakannya dengan Kassospol Letjen Susilo Bambang Yudhoyono di Mabes TNI Merdeka Barat. Kalau begitu saya ikut jenderal, kata Yudhoyono sambil menyalami Wiranto.
Kamis 21 Mei 1998, Presiden Suhato mengumumkan pengunduran dirinya. Sejak itulah momen-momen penting terus bergulir. Pak Harto lengser digantikan oleh Wapres BJ Habibie.
Jumat 22 Mei 1998, Panglima Kostrad Letnan Jenderal Prabowo Subianto bergegas memasuki halaman Istana, namun sebelum masuk dia dicegah oleh Dan Paspampres Mayjen Endriartono Sutarto.
“Maaf Jenderal, semua perwira harus menanggalkan senjata sebelum bertemu Presiden,” pinta Endriartono.
Prabowo menahan perasaan sambil melepas pistolnya, dia pun menemui Presiden BJ Habibie di ruang tamu Wisma Negara. Kemudian terjadilah dialog seperti yang diuraikan Habibie dalam bukunya Detik-detik yang Menentukan.
Buku itu ditanggapi serius oleh Prabowo. Maklum dialah yang paling terserempet dari apa yang ditulis Habibie dalam buku itu.
Prabowo ingin meluruskan apa yang sebenarnya terjadi menurut penafsirannya. Kemudian, sempat terjadi dialog dalam bahasa Inggis, sebelum akhirnya Prabowo berbicara dengan nada tinggi.
“Ini penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad,” tegas Prabowo (dikutip dalam buku “Prabowo: Ksatria Pengawal Macan Asia” karya Femi Adi Soempeno dan Firlana Laksitasari)
“Anda tidak dipecat, tapi jabatan anda diganti”, jawab Habibie.
“Mengapa?“, Prabowo balik bertanya.
Habibie kemudian menjelaskan bahwa ia menerima laporan dari Pangab bahwa ada gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan, dan Istana Negara. Terlepas dari benar tidak buku itu, memang bisa dirasakan bahwa ketika itu terjadi rivalitas meski sulit dibuktikan, antara Pangab Jenderal Wiranto dengan Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto.
Ada yang menyebut persaingan keduanya mencuat sejak 1997, dimana ketika itu Wiranto menjabat kepala staf angkatan darat sedangkan Prabowo sebagai Dan Kopassus.
Jenderal Wiranto tetap berada di posisinya, beberapa kali ia menolak pinangan menjadi calon wakil presiden, sedangkan Letjen Prabowo dimutasikan menjadi Dan Sesko ABRI di Bandung.
Beberapa waktu kemudian Wiranto menyetujui rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) untuk memberhentikan Letjen Prabowo dari dinas kemiliteran.
Lebih rincinya, pada 25 Mei 1998, Letjen Prabowo Subianto resmi dicopot dari Pangkostrad. Prabowo langsung dikirim ke Bandung menjadi Komandan Sesko ABRI. Tak lama kemudian Dewan Kehormatan Perwira dibentuk.
Dewan Kehormatan Perwira dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Sekp/533/P/VII/1998 tanggal 14 Juli 1998. Sebelum mengambil keputusan ini, Dewan Kehormatan Perwira telah bersidang pada tanggal 10, 12, dan 18 Agustus 1998 dengan terperiksa Letnan Jenderal TNI Prabowo Subianto sebagai Danjen Kopassus.
Dewan Kehormatan Perwira pada akhirnya mengeluarkan surat keputusan Nomor KEP/03/VIII/1998/DKP. Surat tersebut dibuat dan ditandatangani pada 21 Agustus 1998 oleh Ketua Dewan Kehormatan Perwira Jenderal TNI Subagyo Hadi Siswoyo, Sekretaris Letjen TNI Djamari Chaniago, Wakil Ketua Letjen TNI Fahrul Razi, anggota Letjen Susilo Bambang Yudhoyono, dan anggota Letjen Yusuf Kartanegara. Isinya adalah sederet pelanggaran Prabowo dan menutup dengan rekomendasi pemecatan dari TNI.
Keterangan 4 gambar diatas: Surat hasil keputusan Dewan Kehormatan Perwira (DKP) mengenai pemecatan Prabowo Subianto dari Danjen Kopassus pleh para atasan dan jenderal lainnya, yang diyakini telah bocor ke publik. (sumber: facebook.com)
VIDEO:
SURAT PEMBERHENTIAN PRABOWO BOCOR (Lihatlah Kesaksian Para Jenderal Ini)
Berikut ini adalah ringkasan konten dari video diatas, jika anda tak dapat melihat videonya karena dihapus atau karena sesuatu hal:
Jenderal Agum Gumelar, atasan Prabowo pada masa lalu mengatakan, “Kopassus secara garis komando adalah dibawah kendali langsung dari Pangab, bukan Komandan Kopassus. Jadi Prabowo tidak ada kewenangan untuk menggerakkan Kopassus. Pada masa lalu, isyu penculikan oleh Kopassus ini sangat sensitif, maka Pangab memerintahkan adanya Mahkamah Militer. Karena Prabowo adalah menantu Presiden Soeharto, maka ada “keistimewaan” dan “kelunakan” dalam Mahkamah Militer. Maka Pangab membuat Dewan Kehormatan Perwira (DKP),” ujar Jenderal Agum Gumelar, atasan Prabowo pada masa lalu.
Sedangkan Jenderal Fachrul Razi mengatakan, “Prabowo melakukan penculikan dengan menggunakan pasukan elite Kopassus yang akhirnya diakui juga oleh Prabowo. Sedangkan Kopassus adalah satuan elit yang ditakuti secara internasional. Nah, kenapa justru digunakan hanya untuk penculikan dengan pertimbangan yang tidak logis? Dalam persidangan DKP, Prabowo mengatakan bahwa kala itu, demonstrasi sudah membahayakan kehidupan berbangsa!”
“Para Jenderal pun tak percaya, apakah benar anak-anak (maksudnya mahasiswa) ini berbahaya bagi kehidupan berbangsa? Lalu kemudian harus diculik oleh sebuah pasukan elit sekelas Kopassus? Ini tak masuk akal bagi para Jenderal DKP. Lalu para Jenderal juga melihat ada beberapa masalah dan kasus lainnya pada diri Prabowo, misalnya tidak disiplinnya Prabowo dalam banyak hal.”
“Perlu diketahui pula bahwa Kopassus adalah Satuan Pembinaan, bukan Satuan Operasional, artinya seorang Danjen Kopassus hanya dapat wewenang untuk mempersiapkan pasukannya, bukan menggerakkannya, termasuk saat melakukan penculikan mahasiswa. Yang berwenang menggerakkan Kopassus adalah Panglima TNI. Tapi justru Prabowo yang menggerakkan pasukan Kopassus dengan seenaknya,” jelas Jenderal Fachrul Razi.
Jenderal Fachrul Razi pun menambahkan,”Beberapa kasus Prabowo lainnya, adalah sering tidak ada ditempat, dan tiba-tiba ia sudah berada di negara-negara tertentu dan meninggalkan pasukannya. Selain itu Prabowo sangat tidak disiplin, ditambah dengan aksi penculikan mahasiswa itu pula, maka Prabowo sangat layak dipecat dari satuannya,” jelas Jenderal Fachrul Razi.
“Jenderal Agum Gumelar, atasan Prabowo pada masa lalu juga menambahkan, “Bahwa Prabowo adalah seorang yang sangat diistimewakan di Kopassus karena sebagai menantu Presiden Soeharto. Bayangkan saja pada setiap kenaikan satu pangkat harus menempuh sekitar 3 tahun sekali, itupun harus dengan beberapa ketentuan, namun Prabowo hanya dalam kurang dari 1,5 tahun saja, sudah 3 kali naik pangkat! Sangat diluar kewajaran.”
“Selain itu Prabowo sangat sering meninggalkan pasukannya dan tak pernah melapor kepada Agum Gumelar sebagai komandan. Bahkan Agum Gumelar pernah kena tegor oleh KASAD yang menanyakan apakah Prabowo lapor tiap bepergian, maka saya (Agum Gumelar) membela bawahannya dan bilang, lapor donk pak!”, jelas Jenderal Agum Gumelar atasan Prabowo.
Selesaikah Perang Panglima? Dan Kini Menjadi Perang Jenderal?
Sementara itu, perseteruan, katakanlah begitu antara Wiranto dengan Prabowo tampaknya sirna manakala keduanya ikut dalam konvensi Golkar tahun 2003.Waktu itu Wiranto mengungguli empat saingannya antara lain Prabowo.
Masih mengenakan jaket kuning Wiranto mendatangi dan menyalami Prabowo yang duduk di ujung, keduanya bersalaman dan tertawa lepas. Ini membuktikan bahwa apa yang sebenarnya terjadi dari polemik peralihan kekuasaan pada 1998 masih menjadi awan gelap dalam sejarah republik kita ini.
Semuanya hanyalah strategi politik dan perebutan kekuasaan semata, yang tak akan pernah abadi.
Manusia kadang tak pernah belajar, walau mengaku telah belajar. Semua hanyalah nafsu duniawi semata, mirip Fir’aun yang menginginkan kaya raya, memproklamirkan dirinya menjadi tuhan, merasa hebat, namun akhirnya mati jua hanya oleh nyamuk kecil yang masuk ke telinganya?
Kerusuhan Mei 1998 Murni Operasi Militer!
Pemerintah tidak penah menindaklanjuti dengan proses hukum soal laporan investigasi disusun oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998. Namu.n anggota TGPF Sandyawan Sumardi mengatakan kasus Mei 1998 adalah tragedi kemanusiaan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Dia memperkirakan kekacauan pada tanggal 13, 14, dan 15 itu menewaskan 1.880 orang!
“Jumlah korban jiwa itu sangat besar dibandingkan Perang Diponegoro,” kata Sandyawan di kantornya di bilangan Kampung Melayu, Jakarta Timur. Pemerintah telah menyerahkan hasil penyelidikan TGPF Mei 1998 itu ke Kejaksaan Agung, namun sampai saat ini belum ditindaklanjuti hingga penyidikan.
Dia menuding Kejaksaan Agung tidak berniat menyelesaikan kasus kejahatan kemanusiaan itu dengan alasan menunggu terbentuknya Pengadilan Hak Asasi Ad Hoc.
Sandyawan menilai pemerintah sejatinya sejak awal tidak pernah menginginkan pembentukan TGPF. Tim ini terbentuk atas desakan negara-negara sahabat untuk mencari tahu penyebab kerusuhan dan penuntasannya. Komisi itu melibatkan semua departemen.
Lagi pula hasil dari temuan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bentukan Presiden Habibie untuk mencari keterlibatan Prabowo dalam kerusuhan 1998, juga tidak pernah disampaikan ke masyarakat luas secara jelas.
Apa dan mengapa serta seberapa besar keterlibatan tokoh tentara seperti Prabowo, Wiranto dan juga tokoh-tokoh sipil lainnya seperti Amin Rais, Sri Bintang Pamungkas dan juga orang-orang yang mengadakan pertemuan dengan Prabowo di Markas Kostrad pada malam harinya. pada kerusuhan yang terjadi di tahun 1998 itu, semua tak jelas dan tak ada laporan resmi yang pasti.
Sampai sekarang misalnya, kasus pembunuhan dan pemerkosaan massal itu sungguh sulit diungkap. “Kerusuhan Mei adalah operasi militer murni,” Sandyawan menegaskan.
Mahasiswa mahasiswa yang Gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi Trisakti adalah:
Elang Mulya, Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hafidin Royan, Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hendriawan Sie, Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Hery Hartanto, Mahasiswa Trisakti, Jakarta
Gugur dalam Tragedi Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998
Mereka berempat tewas pada saat terjadi Tragedi Trisakti atau dikenal di dunia dalam bahasa Inggris sebagai Trisakti Shooting. Selain mereka berempat, ada banyak pula yang tewas dan tak tercatat, yang tercatat lainnya hanya ada beberapa, diantaranya adalah:
- Moses Gatotkaca. Masyarakat kelahiran Banjarmasin yang bekerja di Yogyakarta ini menjadi korban kekerasan pada saat terjadi kerusuhan di Yogyakarta pada tanggal 8 Mei 1998
- Bernardus R Norma Irmawan, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Jakarta. Gugur dalam peristiwa Tragedi Semanggi pada tanggal 13 November 1998
- Engkus Kusnadi, Mahasiswa Universitas Jakarta. Gugur setelah Tragedi Semanggi pada tanggal 13 November 1998
- Heru Sudibyo, Mahasiswa penyesuaian semester VII Universitas Terbuka, Jakarta. Gugur setelah Tragedi Semanggi pada tanggal 13 November 1998
- Lukman Firdaus, Pelajar Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 3 Ciledug, Tangerang. Gugur setelah memperkuat barisan mahasiswa proreformasi di Jakarta, pada hari Kamis tanggal 12 November 1998 ia terluka berat dan meninggal dunia beberapa hari kemudian
- Sigit Prasetyo, Mahasiswa Teknik Sipil YAI Jakarta. Gugur dalam peristiwa Tragedi Semanggi pada tanggal 13 November 1998
- Teddy Wardani Kusuma, Mahasiswa Fakultas Teknik Mesin Institut Teknologi Indonesia, Serpong. Gugur dalam Tragedi Semanggi pada tanggal 13 November 1998
kemudian …
- Yap Yun Hap, Mahasiswa Universitas Indonesia, Jakarta. Gugur dalam peritiwa Tragedi Semanggi II pada tanggal 23 September 1999
- Muhammad Yusuf Rizal, Mahasiswa FISIP angkatan 1997 Universitas Lampung, Lampung. Gugur tertembak di depan markas Koramil Kedaton, Lampung, pada tanggal 28 September 1999 saat melakukan unjuk rasa menentang penerapan UU PKB.
dan masih banyak lainnya…
Temuan tim pencari fakta di beberapa kota, seperti Medan, Jakarta, Solo, Lampung, Palembang, dan Surabaya kian membuktikan keterlibatan militer. Dia menyebutkan kerusuhan di kota-kota itu selalu terjadi dengan sistematis, jumlah korban banyak, dan luas.
Meski begitu mantan Panglima ABRI Jenderal Wiranto dan bekas Komandan Jenderal Kopassus Letnan Jenderal Prabowo Subianto disebut-sebut bertanggung jawab dalam kerusuhan Mei telah membantah.
Pernyataan Prabowo tentang Kudeta diatas, harusnya juga menjadi momen penting kita sebagai warga negara yang menuntut kejelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada era itu.
Apalagi saat ini Prabowo maju menjadi capres pada pemilu 2014. Bisa jadi pun Wiranto ikut kembali.
Bijakkah calon pemimpin yang masih terbelenggu masalah sejarah kelam bangsa ini mengajukan diri untuk menjadi pemimpin bangsa???
Berapa banyak anak bangsa yang telah meregang nyawa pada tahun 1998 dari Sabang hingga Merauke untuk melepas rantai dari belenggu New Order atau Orde Baru agar jauh-jauh lebih bebas menerima dan mendapat segala informasi seperti sekarang?
Alangkah lebih Bijak jika calon pemimpin itu membersihkan namanya dari luka sejarah yang terjadi dalam proses kelam bangsa ini. Berilah pendidikan positif bagi rakyat dan generasi muda bangsa ini tentang bagaimana melihat seorang pemimpin.
Jangan biarkan sifat mudah melupakan sejarah yang dimiliki sebagian besar masyarakat menjadi kebiasaan dalam proses bernegara bangsa ini. Banyak kalangan berpendapat, sebaiknya tokoh-tokoh yang terlibat langsung dengan peristiwa seputar 21 Mei 1998, mengungkapkan apa yang mereka tahu dan rasakan.
Dengan demikian masyarakat sendiri yang akan menilai siapa yang benar siapa yang tidak benar. Atau biarkanlah sejarah mengalir seperti apa adanya?
Yang jelas, menikmati alam reformasi atau perubahan yang sekarang anda nikmati, adalah berkat perjuangan dan pengorbanan jiwa mereka yang telah diculik dan dibunuh.
Namun para politikus yang kini juga lebih bergembira dialam kebebasan ini, sejatinya berdiri diatas linangan darah mereka, jika para politikus itu tak menghargai perjuangan reformasi, apalagi jika tak mau mengungkap kasus ini.
Bayangkan jika detik ini, Indonesia masih dipimpin diktator seperti di Korea Utara, yang rakyatnya terlihat selalu senang, namun sebenarnya tidak. Semua media dikebiri, seakan pemerintahnya selalu benar dan selalu membela rakyatnya yang jelas-jelas miskin dan terbelenggu serta tak dapat berbuat apa-apa akibat sangat takutnya kepada pemerintahnya sendiri.
Itulah sebabnya, jika memang ingin menjadi Pemimpin Bangsa dengan niat yang baik, maka awalilah dengan niat yang baik pula. Bersihkanlah nama dari noda sejarah. Karena rekam jejak atau track record, sejatinya tak akan pernah bisa dihapus. Karena Sejarah adalah Fakta, dan Fakta adalah Sejarah. Semoga bermanfaat. Wassalam. (©IndoCropCircles.com)
(sumber: merdeka / kompasiana / uniqpost.com / alloutabout.wordpress.com / ifeschool.wordpress.com / Tragedi Trisakti / Kerusuhan Mei 1998 /
majalahkonstan / edited, added, grammar: IndoCropCircles)
Daftar Pustaka:
‘Detik-detik Yang Menentukan’ oleh Bacharuddin Jusuf Habibie, (lihat buku online atau download versi PDF via ZIP atau download PDF)
‘Habibie, Prabowo dan Wiranto Bersaksi’, oleh Asvi Warman Adam (download versi DOC atau PDF)
‘Perjalanan Seorang Prajurit PARA KOMANDO’, oleh Letjen Sintong Panjaitan (lihat buku online atau download PDF)
‘Konflik dan Integrasi TNI-AD’, oleh Mayor Jenderal (Mayjen) Kivlan Zen (download versi PDF)
PHOTO GALLERIES KERUSUHAN 1998:
VIDEOs:
[FULL] AGUM GUMELAR UNGKAP DEWAN KEHORMATAN PERWIRA (DKP) PRABOWO:
Video: Tragedi Jakarta 1998 (Documentary):
Video: Prabowo Mengajarkan Strategi di Depan Para Veteran Perang
Video: Pertemuan Prabowo dan Wiranto
Artikel Lainnya:
Tragedi Tanjung Priok 1984: Pembantaian Kaum Muslimin Oleh ABRI
8 Kasus Pembunuhan Paling Misterius & Belum Terkuak Di Indonesia
Mantan Kepala Staf Kostrad, Kivlan Zen, Mengaku Tahu Dimana Aktivis 1998 Dibantai!
Gila!! Total Dana Bantuan Sosial Sebesar Rp.411 Triliun Hilang!!
Bahas Tuntas: “Pembantaian Glodok” Tahun 1740 (Tragedi Angke / Geger Pacinan)
[FOTO] Terkuak: Misteri Luka Jenazah 7 Pahlawan Revolusi!
Prabowo Tegaskan Ada Kekuatan Dunia Ingin Lemahkan Indonesia
Konspirasi JF.Kennedy, Sukarno, Suharto, CIA dan Freeport
[KEKAYAAN SUHARTO] Cakupan, Dampak & Tanggungjawabnya Terhadap Rakyat
Beginilah Cara “Bagi Tugas” 15 Anggota DPR Saat Korupsi Hambalang Rp 2,5 Trilyun!
TOP SECRET: “Operasi Alpha” Sangat Rahasia Era Rezim Orde Baru, Terkuak!
Wow! Ternyata Indonesia Miliki Cadangan Uranium 70.000 Ton!!
Penempatan 60% Tentara AS di Australia : 8 Tahun Lagi, Perang Beralih ke Asia Pasifik!
Setelah Libya, Target AS Selanjutnya Adalah: Papua
[+17 thn] Caleg 2014: 90% Muka Lama, 10% “Muka Gila”!
[Perang Antar Panglima] Tragedi 1998: Gerakan “Pasukan Liar”, Oleh Prabowo atau Wiranto?
((( IndoCropCircles.com )))
“… will blow up your mind…”
weleh2
ya udah nanti pilpres 2014 ga usah pada pilih mereka ya
ya pasti gak akan saya pilih mereka berdua itu
umur manusia hanya kurang lebih 100 tahun, setelah itu apa yang diperbuat akan dipertanggung jawabkan di akhirat.. didunia bisa lolos dengan jabatan,uang, sogokan,dlll , diakhirat tidak ada yang bisa lolos…kebajikan mendapatkan surga, kejahatan mendapatkan neraka..
Konpirasi zionis
Wiranto dan Prabowo yang berebut kekuasaan, SBY yang jadi presiden,,
Artikelnya mencerahkan ingatan kita ttg peristiwa mei1998.Suatu hal yg berbahaya jika militer dan kekuasaan otoriter berkoloborasi.Semoga kejadian ini tdk terulang di negeri yg kita cintai ini.Amiin
Kebenaran tidak akan lenyap dari dunia ini, kalaupun kalah atau lenyap artinya itulah akhir dunia ini, bagi manusia2 pembawa kebenaran akan selalu ada tempat untuk terimplementasi walaupun jasadnya sudah menyatu dg tanah. Itulah daya harmoni dalam melestarikan keseimbangan alam. Bukankah terciptanya alam ini penuh dg kebenaran dari Sang Pencipta?, sia-sialah perbuatan si pembohong karena hampa dari makna dan kebenaran dan terlepaslah dia dari pijakan kodrat alamiahnya yang tinggi (menjadi Non HUMAN).
Tapi saudaraku, masalah nya gak ada yang baik dari antara ke 2 Calon presiden ini, mengenai 1998, aku tau kakak kak ku juga ikut berjuang di reformasi, tap di tempat aku medan tidak separah itu sampai ratusan bahkan ribuan orang meninggal dunia, Apakah kalian tidak curiga ada nya dalang profokator atau orang ke 3 yang menagmbil ke untungan di perjuangan reformasi itu, Coba kalian selidika, Partai-Partai Mana Aja yang menjadi Lawan Golkar Masa itu. Klau TNI dan jajaran nya itu memang sudah salah, karena telah bertindak sepihak, tapi di meden tidak separah itu, hanya yang parah adalah penjarahan pembakaran dan pemerkosaan terhadap kaum tiong hoa. coba kalian usut juga ini, mungkin akan dapat titik terang permasalahan sebenarnya.
ooooooh gitu ya!
Tulisan bagus, menambah wawasan,
Mohon link download ebooknya dikoreksi, ada 2 link yang broken.
Makasih 🙂
coba ke halaman ini: https://indocropcircles.wordpress.com/downloads/download-e-books/
Korban kerusuhan hanya 200org? Hahaha bohong bgt di komplek sini dan sekitar aja korban yg meninggal sudah lebih dr 200, apalagi 1 jakarta yg titik kerusuhannya begitu byk
Mas Robin….
“1.880 orang!
Jumlah korban jiwa itu sangat besar dibandingkan Perang Diponegoro..”
kan ada tulisannya…
ga kebaca yah..?
trus…dari 1.880 orang korban jiwa…berapa ribu orang penjarah yang mati…?? menjarah sama dengan maling…
isu dalah fitnah besar ”’kami masyarakat gak akan percaya dengan isu ini”’karena bagi kami prabowo itu adalah calon presiden kami”’hai pra pembuat fitnah semoga kalian cpt musnah dimungka bumi ini yang suka menyebarkan fitnah ini”amin
Prabowo memiliki dan memimpin dua puluh tujuh perusahaan di Indonesia dan di luar negeri. namun hutang perusahaan mencapai, pada tahun 2011, dilaporkan bahwa PT Kertas Nusantara yang dimiliki oleh Prabowo, memiliki 161 kreditor, yang terdiri terdiri dari 136 kreditor konkuren, 18 kreditor istimewa, dan 7 kreditor separatis. Berdasarkan verifikasi Komisi Pengawas Persaingan Usaha, total utang Kertas Nusantara pada saat itu mencapai Rp 14,31 triliun. hingga pada 20 januari 2014 600 karyawan PT Kertas Nusantara di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, berunjuk rasa menuntut gaji yang belum dibayarkan selama lima bulan.
manajemen PT Kertas Nusantara juga mengkonfirmasi bahwa masalah hutang gaji telah diselesaikan sejak Maret 2014. Direktur PT Kertas Nusantara Winston Pola pernah menyatakan meminta maaf dan menjelaskan bahwa hal tersebut disebabkan oleh kesulitan keuangan karena pabrik yang tidak beroperasi dengan kapasitas penuh pada pertengahan tahun 2013.
ini kan diambil dri buku smua ada sumbernya jelas jadi jangan terlalu fanatik dgn sesuatu buka mata lebar2 dan dicerna
Klo Diingat Masa Taon 98.. Bner” Tragis..
semoga Warga Indonesia Sadar Dan Dapat Memutuskan Yg Terbaik Untuk Masa Depan Bangsa Kita Ini..
Ingatkah Kalian Pilpres Periode Lalu, Prabowo Kalah suara dan mulai memaki di media..
jujur saya periode sebelumnya memilih dia, dan untung saja dia gak lolos..
dan periode ini semoga presidennya akan jadi yg terbaik buat negeri tercinta ini..
wowww
Semua manusia akan mati pada akhirnya
😥 😥 😥
sangat bermanfaat,terima kasih
Begitu LENGKAP kisah ini….!!!
HASILNYA tidak ada yang : TERSANGKA, TERTUDUH, TERADILI dan TERHUKUM..!!!
Artinya …
1. SIAPA yang DIADILI dan TERBUKTI SALAH….?!?
2. Apa PUTUSAN HUKUM-NYA….?!?
3. Apa HUKUMAN-NYA….?!?
Adakah Pengadilan Militer kepada Militer … dan …Pengadilan Sipil kepada Sipil…?!?!?
Semua yang ‘ TERLIBAT ‘ selama 16 TAHUN…BEBAS dan bahkan ada yang menjadi Presiden RI….!!!
Praduga TAK BERSALAH…tentu masih berlaku dong….!!! Sampai TERBUKTI bersalah melalui Pengadilan RESMI….!!!
karena yg melakukan kejahatan(melanggar HAM) smua dari militer jadi kasus ini sangat ditutup2i
Saya sbg generasi muda bingung harus memilih yg mana ? Melihat jokowi yg di dikte oleh megawati, dan melihat artikel ini semakin membuka mata saya dan kaula muda saat ini untuk golput (secara tdk langsung). Jd kami hrs memilih yg mana ? Saya sedih ketika kita memiliki capres yg berkualitas tp malah di ceritakan bgini bgt ya allah.. Saya sbg generasi muda tdk terlalu ambil pikir bnyk untuk masa lalu seperti itu krn kami tdk mengetahuinya, yg kmi pikirkan adalah bagaimana capres tsb mengemban tugasnya sebagaimana mestinya untuk kemajuan para generasi muda di indonesia untuk mencintai bangsanya.
andai aja ada presiden yg berani berkomitmen nasionalisasi perusahaan asing yg ada diindonesia yg udah curi kekayaan alam indonesia berpuluh” tahun lamanya. kalo gagal silahkan mundur teratur.
Gak ada yg tahu kebenaran keculia hanya pelaku dan TUHAN yg tahu,
tp kita harus bijak meyikapi tragedi 98 sebagai sejarah yg kelam, biar kita bisa belajar supaya tidak mengulanginya di kemudian hari.
lalu yg mengirim resmi 200 pasukan kopasus kandang menjangan untuk bergabung dgn laskar jihad serta mengirim ligistik persenjataan dan amunisi saat kerusuhan ambon, poso dan maluku atas perintah siapa ya?
betul betul macan yang sangat berbahaya untuk negeri ini……
aq ga’ brani comment…takut dibedhil jendral bertabur bintang…sbab abang-ku ilang atu… medio 1997 abang-ku pulang kuliah di-Tebet Barat diComot tim mawar merah s/d kini abang-ku raib tak berjejak……Hiiii…..Ngeriiii….Seremmmm….
bisa dibaca kata2 anda tidak menggambarkan seseorang yg kehilangan, mungkin maksud ente abang bakso langganan ente.
di tahun 2014 pemilihan capres
saya akan pilih bpk .prabowo
karna dia tegas dan kuat mengadapi tantangan…hidup prabowo……
Jangan lupa selain bahasan dari segi sudut pandang militer masing2 pihak saat itu, (yg mungkin ada yg terlibat, atau mungkin jg hanya kesalahpahaman teknis akibat perbedaan sudut pandang para petinggi militer saat itu dalam menangani situasi dan kondisi sesuai kepentingan masing2), (yg belum tentu jg menempati porsi utama dlm pembahasan tragedi kemanusiaan ini), jg masih ada banyak tokoh2 sipil yg saat itu sangat haus akan kekuasaan (yg malah tampaknya menempati porsi besar dlm tragedi kemanusiaan ini) ujung2nya menunggangi mahasiswa dan masyarakat hingga menyebabkan salah satu tragedi kemanusiaan yg paling biadab di dalam sejarah kelam umat manusia dimuka bumi pertiwi. Biarlah karma perbuatan mereka sendirilah {“mereka semua para penyebab(Dalang) dan pelaku(Wayang)”} yg menjadi peradilannya mereka sendiri, agar keadilan bagi para korban kezoliman tersebut tidak terabaikan, disaat keadilan dan kebenaran sungguh sulit untuk dituntaskan oleh manusia. Kita sebagai Bangsa yg besar menghargai Pahlawan dan Pemimpin Bangsa. Tiap pemimpin memiliki jasa dan kekurangan. Memang bila ada Hal buruk jgn ditiru, namun jasa pemimpin bangsa ini seperti para Presiden pendahulu (Presiden Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati, Soesilo Bambang Yudhoyono) patut kita hormati dan hargai. Semoga Bhineka Tunggal Ika bukan hanya slogan namun menjadi pemersatu bagi bangsa yg beradab dan berkeTuhanan ini. Patriot Bangsa akan selalu dikenang dlm sejarah bangsa dan di hati masyarakat Indonesia.
Saya juga setuju, Tapi Abang saya ada juga yang jadi meliter, kenapa dia apa dia harus saya salahkan, dan saya usir jika ada masalah keluarga yang harus dimusyawarahkan, di kan abang aku?, jadi dia gak cocok jd pemimpin karena dia militer, biara aku yang meminpin aku bukan militer walaupun aku aku adik nya. Tapai para tetua adat tetap tanya dia, kalau dia gak hadir baru akau bisa memimpin rapat, itupun harus ada pemberitahuan dari utusan nya, nah apakah aku harus mengkudeta beliyau, karna dia gak cocok menjadi pemimpin.
Jangan mau kita di adudomba sama bangsa asing…kita republik indonesia bangsa yg besar.. bangsa asinglah yang membuat kita sengsara. akhirilah perseteruan ini…mari kita bangkit dgn pemimpin yg mempunyai integritas yg sangat tinggi untuk melindungi N.K.R.I ini.demi ke sejahteraan rakyat INDONESIA.
Adik Prabowo Jadi Pembina Kristen Gerindra
tempo.co/read/news/2012/12/02/078445400/Adik-Prabowo-Jadi-Pembina-Kristen-Gerindra-
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
facebook.com/gerindra/posts/287590681291113
Persekutuan Gereja Tolak Pencapresan Prabowo
intelijen.co.id/persekutuan-gereja-tolak-pencapresan-prabowo/
Berkiblat ke Barat, Sikap Politik Prabowo Dikritik
tempo.co/read/news/2013/10/28/078525157/Berkiblat-ke-Barat-Sikap-Politik-Prabowo-Dikritik
#42 Hashim Djojohadikusumo
forbes.com/profile/hashim-djojohadikusumo/
Buruh Perusahaan Prabowo Tagih Tunggakan 4 Bulan Gaji
tempo.co/read/news/2014/05/01/078574714/Buruh-Perusahaan-Prabowo-Tagih-Tunggakan-4-Bulan-Gaji
KOMENTAR
Bwahahahahahaha 😀
Kenapa selalu cina ma kristen sih yang kena?
jaman dulu, musuh pribumi -> penjajah belanda, jepang….
jaman sekarang, musuh pribumi (terutama islam) -> AS, cina, israel, yahudi, freemason, kristen… dan islam itu sendiri
#tanyakenapa
Iye yang berfikiran kaya begitu ya cuman elu doang kalee,,,,
YG SEKARANG TERPILIH SEBAGAI DPR YANG TERHORMAT, DPD, DPRD YG TERHORMAT.. SERTA PARA KANDIDAT CAPRES CAWAPRES… “JANGAN BAJINGAN KALIAN BERFIKIR” JNGAN JADI ORANG TAK TAU TERIMAKASIH” INGAT SEJARAH TRAGEDI 1998..
TUJUAN REFORMASI ITU APA?
KALIAN BISA DUDUK DI KURSI YANG TERHORMAT, BISA MENYELNGGRAKAN PEMILU..
KEBESAN MEDIA, ITU SEMUA KARNA PARA PEJUANG / AKTIVIS 1998 .. TIDAKAH KALIAN BERFIKIR BAGAIMANA NASIB YG MEMPERJUANGKAN REFORMASI DEMOKRASI..
“BERPESTA LAH KALIAN DIATAS PENDERITAAN TRAGEDI 1998”
Sungguh dramatis ceritanya, kalau di Filmkan sutradara Hollywood pasti banyak yg pada nonton
tulisan bagus, lengkap. lumayan netral. siapa dalang sebenarnya, hanya Tuhan yg tahu. Yang pasti dia ada diantara nama2 yg disebut di atas.
Cuma Rasululloh yang tiada cela, kalaupun toh ada pemimpin baru itupun nanti akan dipermasalahkan lagi. begitu seterusnya, masa kini menyalahkan masa lalu, masa kini akan disalahkan masa mendatang, masa mendatang akan disalahkan masa berikutnya. lebih baik melakukan gerakan nasional memimpin diri sendiri.. sudah selesai.. pasti semua menjadi baik.
aku tahu dan mengerti karena aku membaca , aku bisa hati2 dan berjalan benar itu juga karena membaca ,maka bagi para penulis semoga jasamu adalah amal kebaikanmu ” Bila ceritamu benar” aku adalah wong cilik memerlukan banyak informasimu.
Tapi menurut saya tidak semuanya benar, bisa saja ada yang di pelesetkan, karena pepatah bilang, tidak semua yang lo dengar itu benar…..
Serem liat fotho2 kerusuhan nya.. 😦 Semoga kita ngga jadi bangsa y pelupa akan sejarah..
Masih ada kehidupan setelah hidup ini, dan kehidupan kita sekarang SANGAT menentukan kehidupan yang akan datang….. kehidupan di akherat…… !
Bijakkah calon pemimpin yang masih terbelenggu masalah sejarah kelam bangsa ini mengajukan diri untuk menjadi pemimpin bangsa…??? Yang pasti sangatlah tidak boleh…!!!
Nah masalah nya gimana cara kita mau mengkudetanya, sementara Ulama ada di belakangnya, mana yang lebih utama, menjalankan ajaran agama atau menutup mata akan sejarah silam dan mengkuburnya dalam-dalam
anda dapat sumber dari mana ini semua???bisa di pertanggung jawabkankah ini semua…ingat akherat menanti pertanggung jawaban anda tentang artikel ini.
Lebih bagus bersatu bersama sama membangun negeri , daripada mencari kesalahan satu sama lain, namanya manusia tidak luput dari kesalahan tapi mengakui kesalahan sendiri itu lebih baik dan lebih bertanggung jawab…….semoga tidak mempengaruhi pesta demokrasi pilpres 2014…..
Hanya Permainan Politik Para Jendral , untuk mendapat simapati Soeharto…!!!
Artikel yang sangat bagus, harusnya artikel-artikel seperti ini ada di buku sejarah di sekolah-sekolah .
Usai pilpres , semua kembali ke pekerjaanya.masing2 … klo presidenya konsisten kt bersyukur,… tp klo presiden pilihan kt ingkar janji …kasian deh kt …makanya g usah terlalu fanatik deh apalagi anarkis…rugi..biasa aja gitu.. …yg penting nyoblos yg visi misi n orangnya cocok , negeri kt aman damai maju … … … keduanya bnyk kekurangan… ayo jadilah pemilih cerdas …
sy rasa tulisan ini obyektif, banyak peristiwa sejarah terdahulu yg ditulis dengan menutupi//membelokan fakta karena masalah tenggang rasa dan persatuan bangsa tetapi pada saatnya tdk bisa di tutupi lagi, bangsa kita semakin lama semakin pintar, hati2 para pembuat dan penulis sejarah
Heran saya setiap ada tulisan tentang tragedi 98, pengunduran diri pak harto ada seorang tokoh yg terlupakan yaitu budayawan Emha Ainun Najib, coba cari informasi ke beliau karena beliau tahu persis apa yg terjadi saat itu.
Dalam kejadian mei 1998, etnis tionghoa juga turut menjadi korban akibat protes demonstrasi mashasiswa yang berlebihan.
“Manusia kadang tak pernah belajar, walau mengaku telah belajar. Semua hanyalah nafsu duniawi semata, mirip Fir’aun yang menginginkan kaya raya, memproklamirkan dirinya menjadi tuhan, merasa hebat, namun akhirnya mati jua hanya oleh nyamuk kecil yang masuk ke telinganya?”
KOREKSI : Fir’aun mati tenggelam di laut merah.
Dan… Mayjen Purn Kivlan Zein telah membeberkan siapa dalang atas Tragedi Berdarah 1998 ini. Indonesia selalu dan selalu menjadi sasaran elite global, semoga Allah SWT melindungi negeri ini. Aamiin